HendMth
Selasa, 03 Maret 2015
BAB XI
BAB
XI
EVALUASI
DAN PENGENDALIAN STRATEGI
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah
mengikuti kuliah dan menyelesaikan tugas-tugas terstruktur tentang
"Evaluasi Pengendalian
Strategi", maka mahasiswa akan dapat:
1.
Memahami konsep dan definisi evaluasi dan pengendalian
strategi.
2.
Menjelaskan jenis-jenis pengendalian strategi.
3.
Menjelaskan proses pengendalian strategi.
4. Memahami evaluasi strategi.
B. PENDAHULUAN
Bagian terakhir dari
proses manajemen strategik dan kebijakan bisnis adalah evaluasi dan pengendalian
strategi terhadap pelaksanaan strategi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
proses manajemen strategi tidak akan membawa hasil yang berarti jika tidak
segera diikuti dengan tindakan evaluasi dan pengendalian. Jika kegiatan
evaluasi dan pengendalian dilakukan dengan baik dan efektif akan memberikan
jaminan bahwa tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana strategi akan
tercapai.
C. POKOK-POKOK MATERI
1.
Pengertian dan Konsep
Strategi yang telah
dipilih dan diimplementasikan selanjutnya perlu ntuk diberikan suatu penilaian.
Tindakan penilaian ini biasanya disebut sebagai evaluasi (evaluation). Evaluasi
perlu dilakukan secara terus menerus guna ntuk mengetahui bagaimana dampak
perubahan lingkungan terhadap strategi
yang diimplementasikan itu. Secara umum, bentuk temuan yang sering diperoleh
manajer dalam melakukan penilaian atas strategi meliputi: 1). hasil yang
dicapai melebihi harapan dan target, 2). hasil yang dicapai sama dengan harapan
dan target, 3). hasil yang dicapai kurang dari harapan dan target.
Membuat kriteria
penilaian hendaknya jangan terlalu subyektif, karena akan menjadikan penilaian
tidak fair. Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
dari setiap strategi yang telah diimplementasikan adalah: a). market share yang
dicapai, b). profitabilitas yang dicapai, c). hasil pengembalian atas ekuitas,
dan ROI, d). Biaya produksi dan
efisiensi, dan Jumlah hari kerja yang hilang karena buruh mogok.
Pengertian pengendalian sebenarnya adalah
kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan, dan pengevaluasi
keseluruhan kegiatan manajemen agar tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai
secara tepat. Robbin dan Coulter (1999) mengartikan pengendalian sebagai suatu
proses memantau kegiatan-kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan itu
diselesaikan sebagaimana telah direncanakan dan proses mengoreksi setiap
penyimpangan yang berarti. Sedangkan pengendalian strategi adalah bentuk khusus
dari pengendalian oganisasi yang memfokuskan kepada pengawasan dan evaluasi
proses manajemen strategi dengan maksud untuk meyakinkan bahwa hal tersebut
secara fungsi bisa berjalan.
Ada empat langkah dalam
pengendalian, yaitu: a). menetapkan standar dan metode untuk pengukuran
kinerja/prestasi, b). mengukur prestasi, c). membandingkan prestasi, sesuai
dengan standard, dan d). mengambil tindakan perbaikan. Hert dan Sharplin (1983)
berpendapat bahwa agar pengendalian stratejik dapat berhasil, maka suatu sistem
pengendalian harus: 1). Menentukan apa
yang diharapkan terjadi pada organisasi atau sasaran-sasaran yang ingin dicapai
organisasi (standard kinerja). 2). Merinci hambatan-hambatan diantara unit-unit
yang ada didalam organisasi tersebut. Kedua hal tersebut perlu dilakukan karena
unit-unit atau divisi-divisi dalam suatu organisasi dapat mempunyai tujuan dan
sasaran yang saling berlawanan.
Pengendalian strategi berhubungan dengan penentuan arah yang benar dari
suatu strategi yang sedang diimplementasikan, mendeteksi setiap potensi permasalahan
yang mungkin terjadi pada bidang-bidang atau unit-unit tertentu, serta
melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
2. Jenis-Jenis Pengendalian
Terdapat beberapa
klasifikasi pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Kalsifikasi
pengendalian dapat dilihat dari: a). fokus: pendahuluan, bersamaan, dan umpan
balik; b). obyek: administrasi, dan operasi; dan c). subyek: intern dan
ekstern.
a. Pengendalian pendahuluan (preliminary control).
Pengendalian ini memastikan bahwa sebelum kegiatan dimulai, maka sumber daya
manusia, bahan dan modal yang diperlukan sudah dianggarkan. Sehingga bila mana
kegiatan dilakukan, maka sumber daya tersebut tersedia, baik menyangkut jenis,
mutu, kuantitas, maupun tempat sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pengendalian
pendahuluan meliputi seluruh upaya manajemen untuk meningkatkan kemungkinan
perbandingan yang menguntungkan antar hasil-hasil nyata dengan hasil-hasil yang
direncanakan.
b. Pengendalian bersamaan (concurent control).
Pengendalian bersamaan terutama diimplementasikan melalui kegiatan kepenyeliaan
dari para manajer.
c. Pengendalian umpan balik (feedback control).
Sistem pengendalian umpan balik biasanya berfokus pada hasil-hasil akhir
sebagai dasar perbaikan berbagai tindakan masa depan. Metode umpan balik dalam
bisnis meliputi: analisis laporan keuangan, analisis biaya standar,
pengendalian mutu, dan evaluasi kinerja
karyawan.
Jika
pengendalian dilihat dari obyek maka dapat dibagi menjadi:
a. Pengendalian administrasif, yaitu pengendalian
pada bidang atau bagian pekerjaan yang fungsinya dikategorikan sebagai tugas
adminstrasi dalam suatu organisasi, misalnya pada bagian keuangan, bagian
personalia.
b. Pengendalian operatif, yaitu pengendalian yang
dilakukan pada bidang atau bagian yang fungsinya melaksanakan pekerjaan
operatif dalam suatu organisasi, misalnya bagian pabrik, bagian pemasaran,
maintenance, dan lain-lain.
Berdasarkan subyek
pengendalian, maka jenis pengendalian dapat dibagi menjadi dua:
1) Pengendalian intern yaitu pengendalian yang
dilakukan khusus ditujukan pada
pelaku-pelaku dari fungsi-fungsi yang berada didalam organisasi.
2) Pengendalian ekstern, yaitu pengendalian yang
dilakukan khusus ditujukan pada
pelaku-pelaku dari fungsi-fungsi yang berada diluar organisasi.
3.
Proses Pengendalian
Secara umum proses
pengendalian terdiri dari tiga tahap: 1). Mengukur kinerja yang sebenarnya, 2).
Membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar, dan 3). Mengambil tindakan
manajerial untuk memperbaiki penyimpangan atau standar yang tidak memadai.
a. Pengukuran kinerja (measure the performance). Mengukur kinerja berarti perbandingan antara
standar dengan pelaksanaan. Perbandingan tersebut hendaknya berdasarkan
pandangan kedepan. Untuk mengukur kinerja aktual seorang manajer dapat
menggunakan empat sumber imformasi: pribadi, laporan statistik, laporan lisan,
dan laporan tertulis.
b. Membandingkan prestasi dengan standar (compare the
performance match the standar). Langkah
ini dimaksudkan untuk membandingkan hasil-hasil yang telah diukur dengan standar atau target yang telah
ditetapkan sebelumnya. Apabila prestasi sesuai dengan standar manajer berasumsi
bahwa segala sesuatunya berjalan secara terkendali. Oleh karena itu manajer
tidak perlu secara aktif dalam organisasi, jika sebaliknya maka manajer perlu
mengambil tindakan korektif.
c. Mengambil tindakan korektif (take corrective
action). Tindakan koreksi dilakukan manakala prestasi rendah dibawah standar
dan analisis menunjukkan perlunya diambil tindakan. Para manajer dapat memilih
diantara tiga tindakan yang memungkinkan: a). tidak melakkan tindakan apa-apa,
b). mengoreksi kinerja yang sesungguhnya, dan c). manajer dapat merevisi
standar. Apabila majer mengambil tindakan mengoreksi kinerja sesungguhnya, maka
pertanaan yang harus dijawab adalah “haruskah diambil tindakan perbaikan segera
atau tindakan perbaikan mendasar? Tindakan perbaikan mendasar menanyakan
bagaimana dan mengapa kinerja telah menyimpang dan kemudian melangkah untuk
mengoreksi sumber ketimpangan itu.
4. Evaluasi Strategi
Persoalan
yang begitu melekat dalam pengendalian strategi adalah bahwa pengendalian
strategi biasanya dirancang untuk memonitor aktivitas operasi dari hari ke
hari, dan tidak tidak fokus pada strategi secara keseluruhan. Namun, bukan
berarti bahwa pengendalian strategi seperti ini tidak bermanfaat dan bahkan
tidak diperlukan, tetapi memberi kesan pengendalian strategi seharusnya
dilaksanakan dengan sejumlah informasi untuk mengevaluasi strategi secara keseluruhan.
Evaluasi strategi berhubungan dengan penilaian dampak keseluruhan dan ketepatan
strategi secara keseluruhan. Evaluasi strategi merupakan sutau usaha untuk
memastikan suatu strategi yang telah ditetapkan terlaksana dengan tepat dan
mencapai tujuan perusahan.
Richard
Rumelt mengajukan empat kriteria yang dapat diguanakan untuk melakukan evaluasi
strategi yang telah berjalan, yaitu konsistensi, kesesuaian, keunggulan, dan
kelayakan, serta kerangka 7-S Mckinsey.. Suatu strategi agar konsisten, maka
harus mennjukkan saling konsisten antara tujuan, kebijaksanaan, asumsi
lingkungan, dan kondisi internal. Strategi yang sesuai, apabila mampu
menggambarkan suatu respon penyesuaian terhadap kondisi lingkungan eksternal
dan sejumlah perubahan yang sedang terjadi di lingkungan tersebut. Strategi dapat dikatakan unggul, apabila
mampu memberikan beberapa keunggulan
kompetitif dalam wilayah operasinya. Keunggulan kompetitif biasanya dievaluasi
dengan tiga faktor yaitu: superioritas sumber daya, superioritas skill, dan
superioritas posisi.
Suatu
strategi harus layak dihubungkan dengan keberadaan organisasi, atau cocok
dengan tujuan yang hendak dicapai, skill dan sumber daya. Kelayakan finansial
suatu strategi dapat dievaluasi dengan menggunakan standar analisa keuangan
yang meliputi berbagai jenis analisa rasio keuangan.
Perusahan
konsultan tingkat internasional McKinsey and Co telah mengembangkan kerangka
7-S McKinsey (7-S McKinsey framework) yang dapat digunakan untuk melakukan
evaluasi strategi. Berdasarkan pada konsep dasar kerangka 7-S McKinsey adalah
bahwa nilai dari setiap strategi tidak hanya bergantung pada formulasi
strateginya, tetapi pada apakah strategi tersebut dapat dilaksanakan dengan
baik. Kerangka 7-S didasarkan pada konsep bahwa setiap strategi harus cocok
dengan budaya organiasi agar dapat diimplementasi dengan baik. Kerangka 7-S
memandang bahwa budaya organisasi sebagai suatu fungsi dari tujuh variabel
berikut: strategi, struktur, sistem, style (gaya), staff, Skill, dan share
values (nilai-nilai kebersamaan).
D. DAFTAR
PUSTAKA
Amirullah dan Cantika, Sri Budi, 2002, Manajemen
Stategik, Edisi pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, hal
175 –185.
Dirgantoro, Crown, 2001, Manajemen
Strategis – Konsep, Kasus, dan Implementasi, Edisi pertama, PT
Gramedia Indonesia, Jakarta; hal 137 – 144.
Jatmiko, RD, 2004, Manajemen Strategik, Catkan Kedua,
Penerbit UMM, Malang, hal 258 – 278.
Jauch,
Lawrence R., dan W. F. Glueck, 1995, Manajemen
Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Terjemahan, Edisi Ketiga, Cetakan
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta; hal
405 – 430.
Umar, Husein, 2001, Strategik Management In Action, Edisi Pertama, PT Gramedia Indonesia, Jakarta;
hal 365 – 377.
BAB X
BAB X
IMPLEMENTASI STRATEGI DAN STRATEGI FUNGSIONAL
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti kuliah dan
menyelesaikan tugas-tugas terstruktur tentang "Implementasi Strategi Dan
Strategi Fungsional", maka mahasiswa akan dapat:
1. Memahami konsep implementasi
strategi,
2. Memahami implementasi strategi
dibidang pemasaran
3. Memahami implementasi strategi dibidang
sumberdaya manusia,
4. Memahami implementasi strategi
dibidang produksi/operasi, dan
5. Memahami implementasi strategi
dibidang keuangan dan akuntansi.
B. PENDAHULUAN
Pimpinan perusahaan
setelah memilih strategi, maka langkah berikunya adalah melaksanakan strategi
yang telah dipilih itu. Tanpa adanya implementasi yang efektif, maka proses
formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari
kenyataan.
Implementasi strategi
dapat dilakukan pertama melalui fungsi-fungsi, dan kedua implementasi strategi
melalui struktur, kepemimpinan, dan kultur. Pembahasan mengenai implementasi
strategi dilakukan melalui fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi perusahaan
seperti pemasaran, sumberdaya manusia, produksi/operasi, riset dan
pengembangan, serta keuangan dan akuntansi. Kegiatan jangka pendek yang
dilaksanakan oleh masing-masing fungsional dalam suatu perusahaan untuk
mengimplementasikan strategi umum/generik merupakan definisi operasional dari
strategi fungsional. Masing-masing bidang harus bekerja sesuai dengan sasaran
umum perusahaan dan strategi induk/umum yang telah ditetapkan. Melalui strategi
fungsional, perusahaan dapat lebih memerinci
dan memberikan suatu pedoman terhadap tindakan-tindakan strategis generik yang
dipilih.
C. POKOK-POKOK MATERI
1. Konsep Implementasi
Pelaksanaan (implementasi) strategi
dapat didefiniskan sebagai suatu proses pengelolaan sumber daya organisasi dan
manajemen melalui strategi yang dipilih. Implementasi strategi diperlukan
dengan tujuan utama untuk merinci lebih jelas dan tepat bagaimana realisasi
sesungguhnya pilihan strategi yang telah ditentukan.
Agar implementasi strategi
dapat berhasil dengan baik, maka pimpinan harus hati-hati dan cermat dalam
menerjemahkan strategi itu ke dalam implementasinya, yang berarti:
a) Strategi harus diterjemahkan kedalam garis pedoman
kegiatan harian perusahaan,
b) Strategi dan perusahaan harus merupakan satu
kesatuan yang tidak dipisahkan. Strategi harus dicerminkan di dalam suatu ara
dimana perusahaan dapat mengorganisir segala kegiatan dan nilai-nilai dan
kepercayaan yang ada dalam perusahaan,
c) Manajer puncak dan menengah harus secara langsung
dapat memantau dan mengawasi tindakan dan hasil serta dapat menyesuaikan
berbagai perubahan secepat mungkin
Implementasi strategi dapat dilakukan
pertama melalui fungsi-fungsi, dan kedua implementasi strategi melalui
struktur, kepemimpinan, dan kultur. Pembahasan mengenai implementasi strategi
dilakukan melalui fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi perusahaan seperti
pemasaran, sumberdaya manusia, produksi/operasi, riset dan pengembangan, serta
keuangan dan akuntansi.
Suatu strategi yang telah
diformulasikan dengan baik, belum menjamin bahwa dalam implementasinya juga
akan sukses atau memberikan hasil
sesuai dengan yang diharapkan. Thomas V.
Bonoma mengemukan ada empat hasil yang mungkin terjadi dari kombinasi antara
formulasi strategi dengan implementasi. Keempat hasil yang dimaksud, yaitu:
Success, roulette, trouble, dan failure. Success apabila perusahaan mampu
memformulasikan dengan baik serta mampu mengimplementasikan dengan baik pula.
Roulette, merupakan suatu kondisi di mana formulasi strategi yang dilakukan
kurang baik atau cendrung buruk, akan tetapi dengan usaha dan penyesuaian
disana sini perusahaan mampu untuk mengimplementasikannya dengan baik. Trouble,
merupakan situasi dimana strategi menjadi kacau karena strategi yang
memformulasikan dengan baik tapi tidak bisa dimplementasikan dengan baik.
Failure, situasi yang paling tidak diinginkan karena strategi yang
memformulasikan dengan buruk juga dimplementasikan dengan buruk.
2.
Strategi Bidang Pemasaran
Strategi
pemasaran merupakan pernyataan pokok mengenai dampak yang diharapkan akan
dicapai dalam hal permintaan pada pasar sasaran tertentu. Pendekatan terinci
untuk menerapkan strategi pemasaran ditentukan lewat program-program pemasaran
yang spesifik, seperti program periklanan, promosi penjualan, pengembangan
produk, serta program penjualan dan distribusi. Untuk mengetahui strategi
pemasaran mana yang dipilih dan memberikan manfaat yang besar, aka perusahaan
pertama-tama harus mengetahui terlebih dahulu jenis kebutuhan mana yang ingin
dipengaruhinya.
Jadi strategi pemasaran yang pada
intinya adalah upaya strategi bidang pemasaran dan distribusi untuk memindahkan
barang atau jasa dari perusahaan ke konsumen. Menurut Jauch dan Glueck (1995 :
165) bahwa pimpinan perusahaan harus mampu menganalisis pemasaran dan
distribusi yang menjadi keunggulan strategis perusahaan dibandingkan dengan
pesaingnya; disamping itu harus berusaha mengetahui kelemahan perusahaan di
bidang pemasaran dan distribusi. Jauch dan Glueck (1995 : 165) mengemukakan
bahwa "adapun elemen-elemen keunggulan strategis dalam bidang pemasaran
dan distribusi, adalah :
1. Struktur persaingan dan pangsa
pasar.
2. Sistem riset pasar yang efisien
dan efektif.
3. Bauran produk dan jasa yaitu
mutu produk dan jasa.
4. Lini produk dan jasa :
lengkapnya lini produk atau jasa dan bauran produk atau jasa, tahap siklus
kehidupan produk dan jasa utama.
5. Produk baru yang kuat dan
kepemimpinan jasa baru.
6. Pandangan positif
terhadap perusahaan dan produk serta layanannya kepada konsumen akhir.
7. Pengepakan produk yang
efisien dan efektif (atau setaraf dengan jasa).
8. Strategi harga produk dan jasa
yang efektif.
9. Tenaga penjual yang efisien dan
efektif : hubungan erat dengan pelanggan utama.
10. Periklanan yang efektif :
apakah iklan telah menciptakan citra
produk atau merek perusahaan untuk dapat mengembangkan pelanggan yang setia ?
11. Kegiatan promosi pemasaran
yang efisien dan efektif di luar
periklanan
Oleh karena itu, perusahaan dalam
implementasi strategi pemasaran sehingga unggul atas pesainggnya, maka dapat
mengikuti lima langkah kegiatan utama:
1) Mengidentifikasi dan manajemen peluang-peluang
pasar,
2) mengembangkan dan melaksanakan strategi memasuki
pasar,
3) mengembangkan dan melaksanakan strategi menerobos
pasar,
4) mengembangkan dan melaksanakan strategi
mempertahankan pangsa pasar,
5) mengelolah bauran pemasaran (marketing mix).
Kelima langkah tersebut, harus
dilakukan dengan cermat melalui pertimbangan yang matang, terutama menghadapi
pendatang baru atau pesaing-pesaing yang memiliki keunggulan pada aspek teknis
dan manajemen. Hal ini dilakukan untuk tujuan bahwa konsmen akan memilih atau
produk perusahaan.
Mengidentifikasi dan manajemen peluang
pasar ditujukan untuk melakkan segmentasi dan analisis lintas budaya, dalam
upaya mengetahui kebutuhan dan keinginan konsmen yang kiranya dapat dilayani perusahaan.
Lima langkah strategis dalam mengidentifikasi dan memanajemen pelang pasar
adalah: a). mencari peluang yang sudah ada, yaitu mengidentifikasi pasar
yangdilalaikan atau dilayani secara buruk oleh pesaing. b). peluang yang
diciptakan, dengan jalan mencari dan membangun relung-relung pasar produk baru.
c). mengembangkan kreatifitas produk dan pasar, dalam artian melakukan
penyempurnaan dan modifikasi produk untuk mengembangkan pasar. d). menyesuaikan
atau mengubah selerah pelanggan. e). belajar dari pesaing untuk menciptakan
peluang.
Dalam mengembangkan dan melaksanakan
strategi memasuki pasar, maka perusahaan dapat melakukan dua langkah, yaitu:
a). melaksankan kegiatan riset pemasaran dan studi kelayakan pasar untuk
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pasar sasaran yang ingin dimasuki,
b). mengembangkan dan melaksankan strategi pemasaran yang spesifik untuk bisa
memasuki pasar. memasuki, yaitu memadukan unsur-unsur marketing mix (strategi
produk, strategi harga, strategi distribusi, dan strategi promosi).
Dalam mengembangkan dan melaksanakan
strategi menerobos pasar dapat dilakukan dengan dua jalan, yaitu
a) Strategi pengembangan produk: memodifikasi lini
produk, memperluas lini produk, diversifikasi produk.
b) Strategi pengembangan pasar: strategi serangan
langsung dari depan, strategi pengepungan, strategi melangkahi, dan strategi
gerilya.
Dalam mengembangkan dan melaksanakan
strategi mempertahankan pangsa pasar, maka kuncinya adalah berbuat lebih baik
dari pesaing dalam memuaskan pasar dengan jalan pengembangan produk dan
pengembangan pasar.
3.
Strategi Bidang Sumber Daya Manusia
Penentuan
strategi sumber daya manusia (SDM) perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan misi, visi, serta srategi korporat, serta perlu dirumuskan
secara logis, jelas dan aplikabel. Strategi sumber daya manusia mendukung
pengimplementasian strategi korporat dan perlu diterjemahkan dalam
aktivitas-aktivitas SDM,
kebijakan-kebijakan, program-program yang sejalan dengan strategi perusahaan.
Perusahaan yang
mampu mengelolah sumberdaya manusia dengan merekrut dan mempertahankan karyawan
yang berkualitas atau ahli di bidangnya dan produktif, akan merupakan kekuatan
atau keunggulan bagi perusahaan, karena kemampuan karyawan tersebut dapat
menghasilkan produk yang berkualitas. Faktor-faktor keunggulan strategis dalam
bidang sumber daya dan karyawan perusahaan
menurut Jauch dan Glueck (1995 : 173), yaitu :
1. Citra dan
prestise perusahaan.
2. Struktur
organisasi dan suasana yang efektif.
3. Ukuran perusahaan dalam hubungannya dengan industri
(hambatan untuk masuk).
4. Sistem mamajemen
strategis.
5. Pengaruh
terhadap badan pemerintah.
6. Sistem dukungan
staf perusahaan yang efektif.
7. Karyawan
berkualitas tinggi.
8. Pengalaman kerja
dan prestasi manajemen puncak yang seimbang, dan kerja
sama dalam satu tim.
9. Hubungan yang
efektif dengan serikat buruh.
10. Kebijakan
hubungan kerja yang efisien dan efektif: pengangkatan staf, pelatihan dan
pengembangan, penilaian dan promosi, ganjaran dan tunjangan.
11. Biaya buruh
yang rendah.
Persoalan
penting dalam proses mengelolah SDM adalah menyangkut:
a) Penarikan tenaga kerja yang berkualitas,
mengelolah perencanaan, rekruitmen, dan seleksi tenaga kerja,
b) mengembangkan tenaga kerja yang berkualitas,
mengelolah orientasi, pelatihan an pengembangan, serta perenanaan dan pengembangan karier
pegawai,
c) mempertahankan tenaga kerja yang berkualitas,
mengelolah penahanan dan pergantian, penilaian kinerja, kompensasi an benefit,
dan hubungan tenaga kerja dan manajemen.
4.
Strategi Dibidang Produksi/Operasi
Tujuan
utama bidang produksi dalam kaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan secara
umum adalah berusaha mencapai biaya produksi yang rendah, mutu produk yang
tinggi, tanggapan yang cepat atas perminaan, dan fleksibelitas untuk membuat
beragam barang yang sesuai dengan selera dan spesifikasi pelanggan. oleh karena
itu, bidang produksi dan operasi dapat memberikan keunggulan strategis bagi
perusahaan bila perusahaan dapat mengembangkan perencanaan produksi dan sistem
pengendalian yang teliti, program dan kemampuan pabrik, peningkatan
produktivitas, dan keputusan tentang lokasi usaha yang tepat. Keunggulan
perusahaan juga terealisir pada kemampuan perusahaan memproduksi produk atau
jasa dalam kapasitas yang optimum, maka dapat menekan biaya produksi
perunitnya, sehingga produk perusahaan akan mampu bersaing di pasar.
Jauch dan Glueck (1995 : 171) menyebutkan bahwa faktor-faktor keunggulan
strategis dalam bidang manajemen produksi dan operasi, sebagai berikut:
1. Biaya total yang lebih rendah dibanding
pesaing.
2. Kapasitas untuk memenuhi permintaan pasar.
3. Memiliki fasilitas yang efisien dan efektik.
4. Ketersediaan bahan baku yang
mencukupi.
5. Peralatan dan mesin yang efisien dan
efektif.
6. Kantor yang efisien dan efektif.
7. Lokasi fasilitas dan kantor yang strategis.
8. Sistem pengendalian persediaan
yang efisien dan efektif.
9. Prosedur yang efisien
dan efektif : rancangan,
penjadwalan, dan pengendalian mutu.
10. Integrasi vertikal atau hubungan
dengan pemasok yang efektif.
12. Keluwesan operasi.
Kegiatan produksi yang dimulai dari mengalirnya arus bahan dari emasok melalui fabrikan dan
perakitan, dan berkulminasi pada sistem distribusi produk haruslah terintegrasi
untuk memungkinkan formulasi strategi yang baik. Masukan–masukan lain seperti
tenaga kerja, desain pekerjaan, dan teknologi juga harus menjadi bagian dari
strategi terintegrasi disamping masukan utama berupa bahan baku. Jadi ada lima
komponen utama yang tercakup dalam strategi operasi itu meliputi: 1).
Pemosisian sistem produksi, 2). keputusan kapasitas/lokasi, 3). teknologi
produk dan proses, 4). Tenaga kerja dan desain pekerjaan, dan 5). Pemasok dan
integrasi vertikal.
Adapun kategori-kategori keputusan srategis dalam
produksi.operasi, adalah:
a) kapasitas: jumlah waktu dan
jenis,
b) fasilitas: ukuran, lokasi,
spesialisasi,
c) teknologi: perlengkapan,
otomatisasi, keterkaitan,
d) Integrasi vertikal: arah,
keluwesan, dan keseimbangan,
e) Tenaga kerja: tingkat keahlian,
kebijakan upah, keamanan kerja,
f) Kualitas: preventif,
monitoring, intervensi terhadap kesalahan
g) Perencanaan dan pengendalian
produksi: sumber kebijaksanaa, sentralisasi, aturan keputusan
h) Organisasi: struktur, sistem
pengendalian dan penghargaan, peran kelompok staf karyawan
5.
Strategi Bidang Keuangan
Pada dasarnya
tujuan utama dari manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahan.
Memaksimumkan nilai dapat berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap
nilai uang. Bidang keuangan menyediakan
sumberdaya finansial yang diperlukan untuk mengimplementasikan strategi.
Perubahan strategi seringkali mencakup penyesuaian-penyesuaian kebijakan
dibidang keuangan. Misalnya strategi pengembangan produk dan pasar mungkin
membutuhkan modal kerja dan modal tetap yang semakin besar.
Kemampuan
memaksimalkan nilai keuangan dalan perusahaan dapat dilakukan untuk membangun
keunggulan dibidang keuangan dan akuntansi. Jauch dan Glueck (1994 : 175-176)
mengatakan bahwa "analisis bidang keuangan dan akuntansi bertujuan untuk
menentukan : 1). apakah bidang keuangan perusahaan lebih kuat dari pesaingnya;
2). apakah perusahaan dapat bertahan lebih lama lagi atau mampu bersaing lebih
efektif karena mempunyai kekuatan
keuangan untuk melakukan hal itu; dan 3). membantu menunjukkan kelemahan atau
kekuatan dalam bidang fungsional lainnya dari sudut pandang operasi dan
strategi". Faktor keuangan dan
akuntansi akan dapat menjadikan perusahaan posisi kuat atau lemah, sehingga
dapat menjadi dasar pertimbangan untuk menentukan strategi operasi perusahaan.
Konsep keuangan dan
akuntansi yang dapat dipertimbangkan dalam implentasi strategi, yaitu perolehan
modal yang diperlukan, mengembangkan laporan keuangan pro-forma, dan
mempersiapkan anggaran finansial. Pearce II dan Robinson (1997 : 239)
mengemukakan bahwa kekuatan atau kelemahan potensial bidang keuangan dan
akuntansi meliputi hal-hal, sebagai
berikut :
a) Kemampuan mendapatkan modal jangka pendek, modal jangka panjang,
rasio utang dengan modal.
b) Sumber daya tingkat perusahaan
(multi-bisnis).
c) Biaya modal relatif terhadap biaya modal industri dan pesaing.
d) Pertimbangan pajak.
e) Hubungan dengan pemilik,
investor, dan pemegang saham.
f) Posisi leverage
(daya ungkit), kapasitas untuk memanfaatkan berbagai
alternatif strategi keuangan seperti menyewa atau membeli atau sewa beli.
g) Biaya masuk industri dan
hambatan masuk.
h) Modal kerja, fleksibilitas
struktur modal.
i)
Pengendalian biaya yang efektif,
kemampuan menekan biaya.
j)
Efisiensi dan efektifitas sistem akuntansi biaya, anggaran, dan
perencanaan laba.
Keberhasilan implentasi strategi
selalu memerlukan tambahan modal. Terdapat beberapa sumber modal bagi satu
organisasi/perusahaan, seperti: laba bersih operasi, penjualan aset perusahaan,
hutang, dan modal sendri. Penentuan suatu bandingan yang tepat antara hutang
dan modal sendiri dalam struktur modal perusahaan
dapat menjadi faktor penting dalam implementasi strategi. Analisis rasio
pendapatan perlembar saham Earning per share = EPS) terhadap pendapatan sebelum
bunga dan pajak (earning before interest and taxes EBIT) merupakan teknik yang
banyak digunakan untuk menentukan apakah hutang, saham, atau kombinasi antara
hutang dan saham merupakan alternatif terbaik untuk peningkatan modal dalam
implementasi strategi.
Analisis laporan keuangan pro-forma
(proyeksi) merupakan pusat dari teknik implemenasi strategi karena keuangan
pro-forma memungkinkan sutau perusahaan
untuk menguji hasil-hasil yang diharapkan dari setiap aktivitas dan pendekatan
atau strateginya. Laporan keuangan pro-forma meramalkan aset, hutang-hutang, dan
unsur-unsur laporan laba/rugi untuk masa depan yang telah ditentukan. Neraca
pro-forma dapat dipersiapkan dalam berbagai cara. Salah satunya adalah
menggunakan anggaran kas untuk suatu periode yang akan dicakup. Anggaran kas
akan memberikan gambaran tentang perkiraan-perkiraan necara. Pendekatan lainnya
adalah rasio historis kekayaan dan hutang-hutang terhadap penjualan dan
produksi yang diproyeksikan untuk masa datang. Laporan Laba/Rugi pro-forma
dimulai dengan peramalan penjualan dan perkiraan penerimaan dan peneluaran
dengan basis rencana-rencana dan hubungan-hubungan historis.
Anggaran finansial merupakan suatu
dokumen yang terperinci tentang
bagaimana dana diperoleh dan belanja dalam periode waktu tertentu ( biasanya
satu tahun). Terdapat berbagai jenis anggaran keuangan yang biasanya disusun
oleh perusahan: misalnya anggaran kas, anggaran produksi/operasi, anggaran
penjualan, anggaran laba, anggaran modal, anggaran pengeluaran biaya, anggaran
divisi, anggaran fleksibel, dan anggaran tetap. Anggaran keuangan yang paling
banyak digunakan adalah anggaran kas. Anggaran kas merupakan penentu waktu dan
jumlah arus kas masuk dan kas keluar. Anggaran kas sangat membantu implementasi
strategi kaena dapat menunjukkan apakah dalam implementasi strategi, atau dalam
penyesuaian dibutuhkan kas.
D. DAFTAR
PUSTAKA
Amirullah dan Cantika, Sri Budi, 2002, Manajemen Stategik, Edisi pertama,
Cetakan Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, hal 133 –151.
Dirgantoro, Crown, 2001, Manajemen
Strategis – Konsep, Kasus, dan Implementasi, Edisi pertama, PT
Gramedia Indonesia, Jakarta; hal 121 – 136.
Jatmiko, RD,
2004, Manajemen Strategik, Catkan
Kedua, Penerbit UMM, Malang, hal 192 – 253.
Jauch,
Lawrence R., dan W. F. Glueck, 1995, Manajemen
Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Terjemahan, Edisi Ketiga, Cetakan
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta; hal 325 - 452.
Pearce II, John A., dan R. B. Robinson, 1997, Manajemen Strategik - Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian, Terjemahan, Penerbit Binarupa Aksara,
Jakarta; hal 383 - 478.
Umar, Husein, 2001, Strategik Management In Action, Edisi Pertama, PT Gramedia Indonesia, Jakarta;
hal 320 – 345.
BAB IX
BAB
IX
ANALISIS
DAN PENENTUAN STRATEGI:
STRATEGI
TINGKAT PERUSAHAAN DAN STRATEGI TINGKAT BISNIS
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah
mengikuti kuliah dan menyelesaikan tugas-tugas terstruktur tentang "Analisis Dan
Penentuan Strategi: Strategi Tingkat Perusahaan Dan Strategi Tingkat Bisnis", maka
mahasiswa akan dapat:
1. Memahami analisis pemilihan
strategi korporat dan strategi bisnis
2. Memahami metode analisis
kesenjangan dalam pemilihan strategi.
3. Memahami dan menggunakan
matriks pemilihan strategi umum.
4. Memahami dan menggunakan
matriks pertumbuhan pasar, dan daya tarik industri.
5. Memahami dan menggunakan
analisis SWOT
6. Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan strategi.
B. PENDAHULUAN
Penentuan strategi
merupakan keputusan untuk memilih strategi yang terbaik memilih strategi yang
memenuhi untuk mencapai tujuan perusahaan. keputusan yang akan diambil
melibatkan pemusatan pada beberapa alternatif, pertimbangan faktor-faktor
seleksi, penilaian berbagai alternatif terhadap kriteria ini, dan melakukan
pemilihan sesungguhnya. Strategi yang ditetapkan memerlukan suatu proses atau
tahapan dalam memilih strategi-strategi yang ada. Menghadapi berbagai macam
pemilihan strategi, diperlukan pedoman khusus untuk memilih dan menetapkan
strategi. Ada lima teknik analisis yang bisa dipakai untuk menentukan strategi
baik untuk strategi tingkat perusahaan maupun strategi tingkat bisnis, yaitu
Analisis kesenjangan (gap analisys), matrik strategi induk/umum, matrik
pertumbuhan atau matrik Boston
Consulting Group (BCG), matrik General Electric (GE), dan matrik SWOT.
C. POKOK-POKOK MATERI
1.
ANALISIS PEMILIHAN STRATEGI KORPORAT DAN BISNIS
Analisis dan
pemilihan strategi merupakan langkah dalam proses manajemen strategik yang
dilakukan manajer untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif strategi dan
memilih mana yang akan digunakan perusahaan (Pearce II dan Robinson, 1997 :
228). Berbagai alternatif strategi umum
dan variasi pengembangan strategi yang telah diuraikan sebelumnya, perusahaan
dapat memilih satu strategi atau kombinasi diantaranya dalam usahanya untuk bersaing dengan
perusahaan sejenis dalam industrinya.
Pemilihan strategi
merupakan proses keputusan pimpinan perusahaan yang sangat strategik
sebagaimana dijelaskan oleh Jauch dan Glueck (1995 : 281), bahwa: “pilihan
strategi adalah keputusan untuk memilih strategi terbaik yang memenuhi tujuan
perusahaan. Keputusan yang akan diambil melibatkan pemusatan pada beberapa
alternatif, pertimbangan faktor-faktor seleksi, penilaian berbagai alternatif
terhadap kriteria ini, dan melakukan pemilihan sesungguhnya.
Pemilihan strategi
merupakan suatu keputusan, berarti secara diskriptif intuisi dan kebijakan
manajemen berperan dalam proses dan hasil pemilihan. Pada perusahaan yang
memiliki unit-unit bisnis, pembuatan keputusan menyangkut pemilihan bidang
usaha (bisnis) yang akan diterjuni perusahaan di tingkat korporat, sedangkan
keputusan strategi bisnis (strategi untuk bersaing) dibuat oleh setiap pimpinan
unit bisnis yang bersangkutan. Dalam tahap pemilihan strategi ketika pimpinan
mencari alternatif strategi yang paling cocok dengan situasi keseluruhan
perusahaan, sangat dipengaruhi berbagai faktor. Christiananta dkk. (1988 :
6.17) menyebutkan bahwa :
Tujuan dasar perusahaan
adalah untuk mendapatkan pengembalian yang lebih besar dari biaya modalnya.
Untuk membuat perusahaan dapat memperoleh tingkat pengembalian sebesar itu
diperlukan strategi perusahaan yang tepat pada tingkat korporat mapun tingkat
bisnis. Analisis strategi tingkat korporat, analisis untuk perusahaan menemukan
industri yang menguntungkan, dimana industri tersebut dapat menghasilkan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari rata-rata industri lainnya.
Analisis strategi tingkat bisnis, perusahaan dapat memperoleh keunggulan
kompetitif dibandingkan dengan pesaingnya di dalam industri, sehingga
memungkinkan perusahaan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari
rata-rata perusahaan lainnya didalam industri tersebut.
Jadi strategi korporat
mendefinisikan bidang industri dan pasar dimana perusahaan tersebut bersaing.
Analisis strategi tingkat korporat berhubungan dengan dua pertanyaan kunci:
usaha apa yang yang harus dipilih perusahaan dan bagaimana perusahaan harus
mengelolah seluruh usahanya?. Keputusan strategi korporat antara lain
menyangkut investasi dalam diversivikasi, integrasi vertikal, akuisisi, dan
perusahaan baru; alokasi sumber daya pada jenis usaha yang berbeda dalam
perusahaan; serta divestasi. Sedangkan strategi bisnis lebih berkaitan dengan
bagaimana cara perusahaan bersaing didalam satu industri atau pasar. Jadi analisis strategi bisnis berhubungan
dengan bagaimana perusahaan ingin menang atau bertahan hidup, maka dipilih dan
diterapkan strategi yang dapat membuat perusahaan memperoleh keunggulan
kompetitif atas saingan-saingannya.
2.
ALAT-ALAT ANALISIS STRATEGI
Strategi korporasi
biasanya merupakan kombinasi strategi generik yang menjadi pedoman organisasi
bisnis yang terdiversifikasi atau perusahaan multi-produk, atau biasanya
dikenal sebagai portofolio bisnis. Diversifikasi memberikan peluang-peluang
pertumbuhan apabila pasar telah mengalami telah mengalami titik jenuh atau
kejenuan, dan mengurangi resiko apabila perusahaan hanya bergerak pada bisnis
produk tunggal. Metode atau pendekatan dalam melakukan analisis atau evaluasi
alternatif strategi tingkat korporat, yaitu Analisis kesenjangan, matrik
strategi induk/umum, matrik pertumbuhan pasar atau matrik Boston Consulting
Group BCG), matrik General Electric (GE), dan matrik SWOT.
3.
ANALISIS KESENJANGAN
Metode analisis
kesenjangan (gap analisys) memberikan pedoman untuk menyatukan berbagai variasi
produk dan bisnis. Proses awal dari metode ini adalah menetapkan seberapa besar
hasil yang ingin diperoleh pada masa yang akan datang (tujuan perusahaan),
dengan asumsi bahwa strategi saat ini diterapkan. Proses berikutnya adalah
mencatat berapa besar hasil yang betul-betul riil yang tercapai setelah
diterapkan strategi dalam asumsi tadi.
Hakekat kesenjangan adalah perbedaan yang signifikan antara hasil yang
diharapkan perusahaan dengan hasil yang dicapai saat ini. Adanya kesenjangan
terjadi, berarti strategi yang diaplikasikan oleh perusahaan sudah tidak
relevan lagi, atau kurang efektif dalam rangka mencapai tujuan akhir
perusahaan.
4.
MATRIK STRATEGI GENERIK
Banyaknya alternatif
strategi umum atau tingkat perusahaan (grand strategic) mengharuskan perusahaan
untuk memilih dan menetapkan mana dari sejumlah strategi umum tersebut yang
akan diterapkan dalam rangka mencapai daya saing yang unggul. Konsep dasar dari
matrik ini adalah terdapat dua variabel utama yang mutlak mendapat perhatian
dalam melakukan analisis yang bersifat
strategik, yaitu: 1). tujuan utama strategi umum, dan 2). Pemilihan penekanan
perhatian pada faktor eksternal dan internal yang mengarah pada orientasi
pertumbuhan kemampuan memperoleh keuntungan, atau kedua-duanya.
Alasan utama mengapa
matriks pemilihan menjadi sangat tepat dipergunakan sebagai alat analisis
adalah karena memperhitungkan berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi, dan
faktor tersebut berkaitan tidak hanya dengan kekuatan dan kelemahan yang
dmiliki oleh satuan bisnis melainkan juga mempertimbangkan berbagai kelemahan
yang mungkin melekat pada tubuh satuan bisnis yang bersangkutan. Disamping itu,
matriks ini memungkinkan satuan bisnis memanfaatkan semaksimal mungkin
faktor-faktor kekuatan yang dimilikinya dan sekaligus berupaya menghilangkan
atau paling tidak mengurangi dampak negatif dari kelemahannya.
5. MATRIKS PERTUMBUHAN PASAR
Boston Consulting Group
(BCG) membuat matriks portofolio merupakan salah satu contoh pedoman pemilihan
strategi yang paling terkenal. Asumsi analisis BCG bahwa pangsa pasar dalam
suatu bisnis menunjukkan kekuatan, dan pertumbuhan industri/pasar menunjukkan
peluang. Prinsip dasar dari matriks BCG adalah membagi sebuah daerah dengan dua
garis yaitu garis vertikal dan horisontal menjadi empat daerah (kuadran). Empat
daerah itu diberi nama, yaitu tanda tanya (question mark), bintang (star), sapi
perah (cash cow), dan anjing (dog). Garis horisontal menggambarkan posisi
relatif dari pangsa pasar yang dikuasai perusahaan; sedangkan garis vertikal
melukiskan tingkat pertumbuhan pangsa pasar. Tingkat pertumbuhan yang
dimaksudkan disini adalah proyeksi tentang peningkatan pertumbuhan penjualan
untuk pasar yang dilayani oleh satuan bisnis tertentu. Tingkat pertumbuhan
pasar dipisahkan ke dalam bagian pasar tinggi dan rendah. Adapun tujuan
analisis matriks BCG adalah agar manajemen puncak suatu perusahaan dapat
menentukan strategi yang memberikan portofolio yang seimbang pada satuan-satuan
bisnis yang dikelolah. Gambar matriks pertumbuhan pasar tersebut terlihat bahwa
terdapat empat situasi situasi khusus dengan implikasi yang berbeda-beda dalam
hal peran mereka dalam strategi tingkat korporasi.
1) Pertumbuhan pasar tinggi/posisi bersaing tinggi.
Posisi ini dalam matriks ditunjukkan dengan gambar bintang, yaitu produk/SBU
yang berada pada tingkat pertumbuhan pasar yang tinggi dan menguasai pangsa
pasar yang lebih besar. SBU disini membutuhkan dana investasi yang sangat
besar, jika tidak dapat membiayai pertumbuhan dari keuntungan. Untuk menjaga
posisinya dari ancaman pesaing, perusahaan dapat menggunakan strategi ekspansi
untuk memperbesar usaha. Jika pertumbuhan mulai menurun, maka SBU ini dapat
menjadi sapih perah dan sumber dana yang kuat.
2) Pertumbuhan pasar rendah/posisi bersaing tinggi.
Posisi ini menunjukkan SBU atau produk dengan tingkat pertumbuhan pasar yang
rendah, dan menguasai pangsa pasar yang relatif tinggi. Posisi ini
menguntungkan dan menghasilkan cash flow yang dapat digunakan untuk membiaya
unit bisnis lain yang sedang tumbuh. Tanpa sapi perah ini, SBU lain akan selaul
membutuhkan bantuan (subsidi).
3) Pertumbuhan pasar rendah/posisi bersaing rendah.
Disini SBU-SBU berada pada pasar yang sudah matang dan jenuh, diikuti dengan
persaingan tajam dan marjin laba bisnis yang rendah. Karena kekuatan SBU yang
lemah, maka bisnis disini dikelolah dengan tujuan untuk memperoleh arus kas
jangka pendek, misalnya melalui pengurangan biaya secara drastis untuk menjaga
kebutuhan sumber daya perusahaan. Salah satu keputusan yang diambil adalah
melakukan divestasi atau likuidasi setelah pemanenan (harvesting) jangka pendek
maksimal.
4) Pertumbuhan tinggi/posisi bersaing rendah. SBU
disini adalah yang paling buruk karena kebutuhan dananya sangat besar sekali,
dan juga kemampuannya menghasilkan dana sangat rendah. Kalau dibiarkan maka SBU
ini akan menjadi perangkap kas; karena sering menjadi godaan manajemen puncak intuk
membebaskan dri dari keterlibatan kegiatan bisnis yang ditangani meskipun
sebenarnya cukup kuat keinginan untuk memperbaiki manajemen SBU tersebut.
Meskipun BCG memiliki
kelebihan, namun pendekatan ini BCG juga mengandung beberapa keterbatasan,
yaitu:
a) Adanya kemungkinan distorsi atau manipulasi dalam
pengukuran market share dan tingkat pertumbuhan yang disebabkan sulitnya
mendefinisikan pasar secara jelas.
b) Membagi matriks kedalam empat sel berdasarkan
skema klasifikasi tinggi/rendah agaknya terlalu sederhana. Artinya tidak
mempertimbangkan pasar yang tingkat pertumbuhannya rata-rata atau bisnis yang
bagian pasarnya rata-rata.
c) Pada kenyataan hubungan antara pangsa pasar dan
kemampuan meraih keuntungan tidaklah
sama dalam satu sektor industri dengan segmen pasar tertentu.
d) Matrik BCG tidak terlalu membantu dalam
membandingkan peluang investasi relatif di antara unit-unit usaha dalam
portofolio korporasi.
e) Dalam melakukan evaluasi yang sifatnya strategik,
serangkaian kegiatan bisnis perlu diteliti tidak hanya dalam konteks pangsa
pasar dan pertumbuhannya.
f) Matrik BCG tidak menggambarkan seluruh opsi yang
terbuka bagi manajemen untuk melakukan analisis
lebih mendalam berbagai alternatif yang mungkin cocok untuk
dipertimbangkan dalam rangka menciptakan portofolio korporasi yang efektif.
6. MATRIKS DAYA TARIK INDUSTRI
General electric merupakan perusahaan yang pertama kali
mengembangkan dan menerapkan pendekatan portofolio bisnis dalam perencanaan
strategik. Pendekatan portofolio ini merupakan cara untuk mengevaluasi
alternatif strategi yang dapat dipilih dan ditetapkan pada setiap perusahaan
yang terdiversifikasi dalam berbagai bisnis/SBU. Ada dua dimensi yang digunakan
untuk mengevaluasi SBU yang kekuatan-kekuatan bisnis atau posisi persaingan,
dan daya tarik industri atau pasar. Tabel 8.1 memberikan gambaran tentang
dimensi kekuatan bisnis dan daya tarik industri.
Setiap satu organisasi
bisnis atau SBU diplot atau digambar dalam matrik pada dua dimensi, yaitu daya
tarik industri/pasar dan kekuatan bisnis atau posisi persaingan perusahaan.Setiap
diensi tersebut merupakan susunan ukuran dari berbagai faktor. Dua dimensi
utama tersebut juga memberikan pandangan yang baik untuk formulasi strategi,
sebab salah satu yang mempengaruhi keberhasilan suatu bisnis adalah daya tarik
industri, serta mempunyai kekuatan-kekuatan bisnis tertentu yang diperlukan
untuk berhasil dalam usahanya. Dalam mengunakan
matrik GE suatu perusahan harus menentukan faktor-faktor yang sangat
penting dan bermanfaat untuk diidentifikasi daya tarik industri dan kekuatan
bisnis.
Dalam menggunakan matrik
GE maka faktor daya tarik industri dan kekuatan bisnis perlu diberi bobot atau
para meter pada setiap variabel berdasarkan persepsi kepentingan relative dari
faktor-faktor lainnya. Cara mengukur daya tarik industri, adalah: a). tentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik industri, b). Proporsi jumlah
keseluruhan bobot harus sama dengan 1,00 (satu). C). masing-masing faktor
diberikan skala rating antara angka 1 sampai 5. Berikutnya antara bobot dan
rating dikalikan untuk mendapatkan nilai skor untuk dimensi daya tarik
industri/pasar dan kekuatan bisnis.
7.
ANALISIS SWOT
Dalam proses manajamen
strategik, suatu tahap yang ditempuh pimpinan perusahaan sebelum memilih dan
menetukan strategi yang digunakan, maka terlebih dahulu melakukan analisis
tentang kekuatan (strength) dan
kelemahan (weaknes) internal perusahaan, serta peluang (opportunity) dan
ancaman (threat) lingkungan eksternal perusahaan. Analisis SWOT, yaitu
singkatan dari Strengths, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats dalam
lingkungan yang dihadapi perusahaan.
Rangkuti (1997 : 18) mendefinisikan "analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan". Analisis SWOT ini didasarkan pada logika bahwa "suatu
strategi yang efektif yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman" (Pearce II dan
Robinson, 1997 : 229). Pada hakekatnya analisis SWOT adalah analisis mengenai
kedudukan perusahaan (organisasi) pada suatu saat, khususnya dikaitkan dengan
perumusan strategi jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pola pemikiran penting
dalam proses untuk memahami kondisi internal dan eksternal perusahaan adalah melakukan
analisis terhadap kekuatan dan kelemahan
perusahaan yang disusun secara sistimatis dalam SAP (Strategic Advantage
Profil); dan analisis peluang dan ancaman terhadap perusahaan yang disusun
dalam ETOP Environmental Threat and Opportunity Profil). ETOP dan SAP merupakan
landasan pengertian mengenai pemikiran pencocokan kekuatan dan kelemahan
internal perusahaan dengan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan. Analisis integral ETOP dan SAP ini oleh
Pearce II dan Robinson (1997 : 229) menyebutnya dengan istilah analisis SWOT. Jadi analisis SWOT merupakan
cara sistematik untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam ETOP (strengths, dan
weaknesses) dan SAP (opportunities dan threats) dengan strategi yang paling
baik di antaranya.
"Analisis SWOT dapat
digunakan dengan berbagai cara untuk membantu analisis strategi. Cara yang paling lazim adalah memanfaatkannya
sebagai kerangka acuan logis yang memedomani pembahasan sistematik tentang
situasi perusahaan dan alternatif-alternatif pokok yang mungkin dipertimbangkan
perusahaan" (Pearce II dan
Robinson, 1997 : 231).
Salah satu cara yang lazim
dalam analisis SWOT adalah SAP dan ETOP. Informasi dari hasil analisis ETOP dan
SAP sebagai dasar bagi perusahaan dapat menggeneralisasikan beberapa alternatif
strategi yang menurutnya sesuai dan beralasan, kemudian melakukan perbandingan
untung-ruginya, kekuatan dan kelemahannya, sehingga memungkinkan dapat dipilih
alternatif strategi yang terbaik.
Dimensi internal dan eksternal mengggambarkan apakah alternatif strategi hanya untuk lini produk atau jasa yang sedang berjalan, dan hal-hal yang ada dalam perusahaan tanpa melibatkan pihak-pihak lain (internal, atau melibatkan pihak-pihak lain (eksternal). Dimensi berkaitan dan tidak berkaitan, berhubungan apakah strategi yang akan dipilih masih berkaitan dengan bisnis yang ada sekarang atau tidak. Dimensi horizontal hampir mirip dengan dimensi berkaitan, namun biasanya berlaku untuk penambahan produk atau pasar yang melengkapi bisnis yang ada, seperti dengan cara merger. Jika perluasan atau penciutan dalam hal fungsi maka masuk kategori vertikal. Sedangkan dimensi aktif-pasif, berhubungan dengan sikap manajemen dan waktu yang menyangkut pelaksanaan alternatif strategi perusahaan. Tergantung perencana strategi, ter-dapat preferensi aktif dan pasif. Aktif, dalam arti perencana strategi bertindak sebelum mereka dipaksa bereaksi terhadap peluang atau ancaman lingkungan. Pasif, jika perencana strategi bereaksi terhadap tekanan lingkungan hanya kalau terpaksa berbuat demikian.
Dimensi internal dan eksternal mengggambarkan apakah alternatif strategi hanya untuk lini produk atau jasa yang sedang berjalan, dan hal-hal yang ada dalam perusahaan tanpa melibatkan pihak-pihak lain (internal, atau melibatkan pihak-pihak lain (eksternal). Dimensi berkaitan dan tidak berkaitan, berhubungan apakah strategi yang akan dipilih masih berkaitan dengan bisnis yang ada sekarang atau tidak. Dimensi horizontal hampir mirip dengan dimensi berkaitan, namun biasanya berlaku untuk penambahan produk atau pasar yang melengkapi bisnis yang ada, seperti dengan cara merger. Jika perluasan atau penciutan dalam hal fungsi maka masuk kategori vertikal. Sedangkan dimensi aktif-pasif, berhubungan dengan sikap manajemen dan waktu yang menyangkut pelaksanaan alternatif strategi perusahaan. Tergantung perencana strategi, ter-dapat preferensi aktif dan pasif. Aktif, dalam arti perencana strategi bertindak sebelum mereka dipaksa bereaksi terhadap peluang atau ancaman lingkungan. Pasif, jika perencana strategi bereaksi terhadap tekanan lingkungan hanya kalau terpaksa berbuat demikian.
Pimpinan perusahaan
dalam mempertimbangkan strategi alternatif, harus memperhatikan ada tidaknya
terdapat hubungan antara strategi yang akan dipilih dengan kinerja perusahaan.
Strategi ekspansi, stabilitas, dan penciutan dapat diterapkan pada produk,
pasar, atau fungsi, juga kombinasi antara ketiganya. Setiap alternatif strategi juga dapat
diterapkan dalam berbagai dimensi : eksternal-internal, aktif-pasif,
berkaitan-tidak berkaitan, dan vertikal-horizontal.
8. FAKTOR-FAKTOR DALAM PEMILIHAN
STRATEGI
Dalam tahap
pemilihan strategi ketika pimpinan mencari alternatif strategi yang paling
cocok dengan situasi keseluruhan perusahaan, sangat dipengaruhi berbagai
faktor. Christiananta dkk. (1988 : 6.17) menyebutkan bahwa “pemilihan strategi
dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu : (1) persepsi manajer tentang
ketergantungan kepada pihak luar, (2) sikap manajer terhadap resiko, (3)
pandangan manajer pada strategi perusahaan di waktu yang lampau, dan (4)
hubungan manajer dengan kekuatan-kekuatan dalam organisasi.
Manajemen puncak perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi. Berbagai
faktor yang dimaksudkan antara lain:
a). Kesadaran manajemen
tentang strategi perusahaan di masa lalu.
Pemilihan strategi masa sekarang sangat dipengaruhi strategi masa lalu,
artinya strategi yang diterapkan pada masa lalu jika handal maka perlu ditinjau
ulang secara berkala.
b). Persepsi manajerial
tentang ketergantungan eksternal. Eksistensi suatu perusahaan tidak terlepas
dari pengaruh faktor-faktor diluar perusahaan; artinya ada ketergantungan
perusahaan pada lingkungan eksternalnya. Semakin besar ketergantungan
perusahaan terhadap lingkungan eksternalnya maka semakin kurang fleksibel
pemilhan strategi oleh perusahaan. Misalnya makin besar tergantungnya
perusahaan pada pemegang saham, maka pilihan strateginya akan semakin kurang
fleksibel. Hal ini disebabkan semakin sempit ruang gerak manajemen dalam
mengambil keputusan dan menjatuhkan pilihan pada strategi mana yang akan
digunakan mada masa depan.
c). Sikap manajemen
terhadap resiko. Pemilihan strategi juga dipengaruhi oleh sejauh mana resiko
dapat ditolerir oleh manajemen, pemegang saham dan perusahaan. Sikap para
manajer terhadap resiko dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang enggan
menghadapi resiko, dan yang berani menghadapi resiko. Manajer yang berani menghadapi resiko
biasanya lebih menyukai pilihan strategi yang bersifat ofensif dan bahkan
opportunistik. Sebaliknya, manajer yang enggan menghadapi resiko biasanya
melihat perusahaan berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan (lemah),
sehingga mereka lebih suka menggunakan strategi defensif dengan resiko kecil.
d). Waktu pemilihan
(timing). Pemilihan strategi juga dipengaruhi oleh deadline yang ditetapkan. Adanya
deadline menjadikan pemilhan strategi biasanya dietapkan oleh orang lain, dan
bukan oleh manajer. Semakin banyak waktu
yang tersedia maka akan semakin cukup informasi dan pertimbangan untuk membuat
keputusan strategik.
f). Reaksi pesaing.
Pemilihan strategi juga perlu dipertimbangkan dampak yang mungkin dari reaksi
pesaing atas keberhasilan strategi yang dipilih. Pesaing tidak akan tinggal
diam manakala perusahaan menetapkan pilihan strategi baru. Misalnya, apabila
perusahaan memlih suatu strategi agresif yang langsung menantang kompetitor
utama, maka pesaing itu dapat diduga akan menerapkan strategi yang agresif juga
untuk mengimbanginya.
D. DAFTAR
PUSTAKA
Amirullah dan Cantika, Sri Budi, 2002, Manajemen
Stategik, Edisi pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, hal
107 –131.
Christiananta, Budiman, dkk.,
1988, Kebijaksanaan Perusahaan I,
Penerbit Karunia, Jakarta; hal 6.1 - 6.26.
Grant, Robert M., 1999, Analisis Strategi Kontemporer,
Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 308 - 429.
Jatmiko, RD,
2004, Manajemen Strategik, Catkan
Kedua, Penerbit UMM, Malang, hal 164 – 190.
Jauch,
Lawrence R., dan W. F. Glueck, 1995, Manajemen
Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Terjemahan, Edisi Ketiga, Cetakan
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta; hal
281 –324.
Umar, Husein, 2001, Strategik Management In Action, Edisi Pertama, PT Gramedia Indonesia, Jakarta;
hal 217 – 304.
Langganan:
Postingan (Atom)