BAB
IX
ANALISIS
DAN PENENTUAN STRATEGI:
STRATEGI
TINGKAT PERUSAHAAN DAN STRATEGI TINGKAT BISNIS
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah
mengikuti kuliah dan menyelesaikan tugas-tugas terstruktur tentang "Analisis Dan
Penentuan Strategi: Strategi Tingkat Perusahaan Dan Strategi Tingkat Bisnis", maka
mahasiswa akan dapat:
1. Memahami analisis pemilihan
strategi korporat dan strategi bisnis
2. Memahami metode analisis
kesenjangan dalam pemilihan strategi.
3. Memahami dan menggunakan
matriks pemilihan strategi umum.
4. Memahami dan menggunakan
matriks pertumbuhan pasar, dan daya tarik industri.
5. Memahami dan menggunakan
analisis SWOT
6. Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan strategi.
B. PENDAHULUAN
Penentuan strategi
merupakan keputusan untuk memilih strategi yang terbaik memilih strategi yang
memenuhi untuk mencapai tujuan perusahaan. keputusan yang akan diambil
melibatkan pemusatan pada beberapa alternatif, pertimbangan faktor-faktor
seleksi, penilaian berbagai alternatif terhadap kriteria ini, dan melakukan
pemilihan sesungguhnya. Strategi yang ditetapkan memerlukan suatu proses atau
tahapan dalam memilih strategi-strategi yang ada. Menghadapi berbagai macam
pemilihan strategi, diperlukan pedoman khusus untuk memilih dan menetapkan
strategi. Ada lima teknik analisis yang bisa dipakai untuk menentukan strategi
baik untuk strategi tingkat perusahaan maupun strategi tingkat bisnis, yaitu
Analisis kesenjangan (gap analisys), matrik strategi induk/umum, matrik
pertumbuhan atau matrik Boston
Consulting Group (BCG), matrik General Electric (GE), dan matrik SWOT.
C. POKOK-POKOK MATERI
1.
ANALISIS PEMILIHAN STRATEGI KORPORAT DAN BISNIS
Analisis dan
pemilihan strategi merupakan langkah dalam proses manajemen strategik yang
dilakukan manajer untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif strategi dan
memilih mana yang akan digunakan perusahaan (Pearce II dan Robinson, 1997 :
228). Berbagai alternatif strategi umum
dan variasi pengembangan strategi yang telah diuraikan sebelumnya, perusahaan
dapat memilih satu strategi atau kombinasi diantaranya dalam usahanya untuk bersaing dengan
perusahaan sejenis dalam industrinya.
Pemilihan strategi
merupakan proses keputusan pimpinan perusahaan yang sangat strategik
sebagaimana dijelaskan oleh Jauch dan Glueck (1995 : 281), bahwa: “pilihan
strategi adalah keputusan untuk memilih strategi terbaik yang memenuhi tujuan
perusahaan. Keputusan yang akan diambil melibatkan pemusatan pada beberapa
alternatif, pertimbangan faktor-faktor seleksi, penilaian berbagai alternatif
terhadap kriteria ini, dan melakukan pemilihan sesungguhnya.
Pemilihan strategi
merupakan suatu keputusan, berarti secara diskriptif intuisi dan kebijakan
manajemen berperan dalam proses dan hasil pemilihan. Pada perusahaan yang
memiliki unit-unit bisnis, pembuatan keputusan menyangkut pemilihan bidang
usaha (bisnis) yang akan diterjuni perusahaan di tingkat korporat, sedangkan
keputusan strategi bisnis (strategi untuk bersaing) dibuat oleh setiap pimpinan
unit bisnis yang bersangkutan. Dalam tahap pemilihan strategi ketika pimpinan
mencari alternatif strategi yang paling cocok dengan situasi keseluruhan
perusahaan, sangat dipengaruhi berbagai faktor. Christiananta dkk. (1988 :
6.17) menyebutkan bahwa :
Tujuan dasar perusahaan
adalah untuk mendapatkan pengembalian yang lebih besar dari biaya modalnya.
Untuk membuat perusahaan dapat memperoleh tingkat pengembalian sebesar itu
diperlukan strategi perusahaan yang tepat pada tingkat korporat mapun tingkat
bisnis. Analisis strategi tingkat korporat, analisis untuk perusahaan menemukan
industri yang menguntungkan, dimana industri tersebut dapat menghasilkan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari rata-rata industri lainnya.
Analisis strategi tingkat bisnis, perusahaan dapat memperoleh keunggulan
kompetitif dibandingkan dengan pesaingnya di dalam industri, sehingga
memungkinkan perusahaan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari
rata-rata perusahaan lainnya didalam industri tersebut.
Jadi strategi korporat
mendefinisikan bidang industri dan pasar dimana perusahaan tersebut bersaing.
Analisis strategi tingkat korporat berhubungan dengan dua pertanyaan kunci:
usaha apa yang yang harus dipilih perusahaan dan bagaimana perusahaan harus
mengelolah seluruh usahanya?. Keputusan strategi korporat antara lain
menyangkut investasi dalam diversivikasi, integrasi vertikal, akuisisi, dan
perusahaan baru; alokasi sumber daya pada jenis usaha yang berbeda dalam
perusahaan; serta divestasi. Sedangkan strategi bisnis lebih berkaitan dengan
bagaimana cara perusahaan bersaing didalam satu industri atau pasar. Jadi analisis strategi bisnis berhubungan
dengan bagaimana perusahaan ingin menang atau bertahan hidup, maka dipilih dan
diterapkan strategi yang dapat membuat perusahaan memperoleh keunggulan
kompetitif atas saingan-saingannya.
2.
ALAT-ALAT ANALISIS STRATEGI
Strategi korporasi
biasanya merupakan kombinasi strategi generik yang menjadi pedoman organisasi
bisnis yang terdiversifikasi atau perusahaan multi-produk, atau biasanya
dikenal sebagai portofolio bisnis. Diversifikasi memberikan peluang-peluang
pertumbuhan apabila pasar telah mengalami telah mengalami titik jenuh atau
kejenuan, dan mengurangi resiko apabila perusahaan hanya bergerak pada bisnis
produk tunggal. Metode atau pendekatan dalam melakukan analisis atau evaluasi
alternatif strategi tingkat korporat, yaitu Analisis kesenjangan, matrik
strategi induk/umum, matrik pertumbuhan pasar atau matrik Boston Consulting
Group BCG), matrik General Electric (GE), dan matrik SWOT.
3.
ANALISIS KESENJANGAN
Metode analisis
kesenjangan (gap analisys) memberikan pedoman untuk menyatukan berbagai variasi
produk dan bisnis. Proses awal dari metode ini adalah menetapkan seberapa besar
hasil yang ingin diperoleh pada masa yang akan datang (tujuan perusahaan),
dengan asumsi bahwa strategi saat ini diterapkan. Proses berikutnya adalah
mencatat berapa besar hasil yang betul-betul riil yang tercapai setelah
diterapkan strategi dalam asumsi tadi.
Hakekat kesenjangan adalah perbedaan yang signifikan antara hasil yang
diharapkan perusahaan dengan hasil yang dicapai saat ini. Adanya kesenjangan
terjadi, berarti strategi yang diaplikasikan oleh perusahaan sudah tidak
relevan lagi, atau kurang efektif dalam rangka mencapai tujuan akhir
perusahaan.
4.
MATRIK STRATEGI GENERIK
Banyaknya alternatif
strategi umum atau tingkat perusahaan (grand strategic) mengharuskan perusahaan
untuk memilih dan menetapkan mana dari sejumlah strategi umum tersebut yang
akan diterapkan dalam rangka mencapai daya saing yang unggul. Konsep dasar dari
matrik ini adalah terdapat dua variabel utama yang mutlak mendapat perhatian
dalam melakukan analisis yang bersifat
strategik, yaitu: 1). tujuan utama strategi umum, dan 2). Pemilihan penekanan
perhatian pada faktor eksternal dan internal yang mengarah pada orientasi
pertumbuhan kemampuan memperoleh keuntungan, atau kedua-duanya.
Alasan utama mengapa
matriks pemilihan menjadi sangat tepat dipergunakan sebagai alat analisis
adalah karena memperhitungkan berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi, dan
faktor tersebut berkaitan tidak hanya dengan kekuatan dan kelemahan yang
dmiliki oleh satuan bisnis melainkan juga mempertimbangkan berbagai kelemahan
yang mungkin melekat pada tubuh satuan bisnis yang bersangkutan. Disamping itu,
matriks ini memungkinkan satuan bisnis memanfaatkan semaksimal mungkin
faktor-faktor kekuatan yang dimilikinya dan sekaligus berupaya menghilangkan
atau paling tidak mengurangi dampak negatif dari kelemahannya.
5. MATRIKS PERTUMBUHAN PASAR
Boston Consulting Group
(BCG) membuat matriks portofolio merupakan salah satu contoh pedoman pemilihan
strategi yang paling terkenal. Asumsi analisis BCG bahwa pangsa pasar dalam
suatu bisnis menunjukkan kekuatan, dan pertumbuhan industri/pasar menunjukkan
peluang. Prinsip dasar dari matriks BCG adalah membagi sebuah daerah dengan dua
garis yaitu garis vertikal dan horisontal menjadi empat daerah (kuadran). Empat
daerah itu diberi nama, yaitu tanda tanya (question mark), bintang (star), sapi
perah (cash cow), dan anjing (dog). Garis horisontal menggambarkan posisi
relatif dari pangsa pasar yang dikuasai perusahaan; sedangkan garis vertikal
melukiskan tingkat pertumbuhan pangsa pasar. Tingkat pertumbuhan yang
dimaksudkan disini adalah proyeksi tentang peningkatan pertumbuhan penjualan
untuk pasar yang dilayani oleh satuan bisnis tertentu. Tingkat pertumbuhan
pasar dipisahkan ke dalam bagian pasar tinggi dan rendah. Adapun tujuan
analisis matriks BCG adalah agar manajemen puncak suatu perusahaan dapat
menentukan strategi yang memberikan portofolio yang seimbang pada satuan-satuan
bisnis yang dikelolah. Gambar matriks pertumbuhan pasar tersebut terlihat bahwa
terdapat empat situasi situasi khusus dengan implikasi yang berbeda-beda dalam
hal peran mereka dalam strategi tingkat korporasi.
1) Pertumbuhan pasar tinggi/posisi bersaing tinggi.
Posisi ini dalam matriks ditunjukkan dengan gambar bintang, yaitu produk/SBU
yang berada pada tingkat pertumbuhan pasar yang tinggi dan menguasai pangsa
pasar yang lebih besar. SBU disini membutuhkan dana investasi yang sangat
besar, jika tidak dapat membiayai pertumbuhan dari keuntungan. Untuk menjaga
posisinya dari ancaman pesaing, perusahaan dapat menggunakan strategi ekspansi
untuk memperbesar usaha. Jika pertumbuhan mulai menurun, maka SBU ini dapat
menjadi sapih perah dan sumber dana yang kuat.
2) Pertumbuhan pasar rendah/posisi bersaing tinggi.
Posisi ini menunjukkan SBU atau produk dengan tingkat pertumbuhan pasar yang
rendah, dan menguasai pangsa pasar yang relatif tinggi. Posisi ini
menguntungkan dan menghasilkan cash flow yang dapat digunakan untuk membiaya
unit bisnis lain yang sedang tumbuh. Tanpa sapi perah ini, SBU lain akan selaul
membutuhkan bantuan (subsidi).
3) Pertumbuhan pasar rendah/posisi bersaing rendah.
Disini SBU-SBU berada pada pasar yang sudah matang dan jenuh, diikuti dengan
persaingan tajam dan marjin laba bisnis yang rendah. Karena kekuatan SBU yang
lemah, maka bisnis disini dikelolah dengan tujuan untuk memperoleh arus kas
jangka pendek, misalnya melalui pengurangan biaya secara drastis untuk menjaga
kebutuhan sumber daya perusahaan. Salah satu keputusan yang diambil adalah
melakukan divestasi atau likuidasi setelah pemanenan (harvesting) jangka pendek
maksimal.
4) Pertumbuhan tinggi/posisi bersaing rendah. SBU
disini adalah yang paling buruk karena kebutuhan dananya sangat besar sekali,
dan juga kemampuannya menghasilkan dana sangat rendah. Kalau dibiarkan maka SBU
ini akan menjadi perangkap kas; karena sering menjadi godaan manajemen puncak intuk
membebaskan dri dari keterlibatan kegiatan bisnis yang ditangani meskipun
sebenarnya cukup kuat keinginan untuk memperbaiki manajemen SBU tersebut.
Meskipun BCG memiliki
kelebihan, namun pendekatan ini BCG juga mengandung beberapa keterbatasan,
yaitu:
a) Adanya kemungkinan distorsi atau manipulasi dalam
pengukuran market share dan tingkat pertumbuhan yang disebabkan sulitnya
mendefinisikan pasar secara jelas.
b) Membagi matriks kedalam empat sel berdasarkan
skema klasifikasi tinggi/rendah agaknya terlalu sederhana. Artinya tidak
mempertimbangkan pasar yang tingkat pertumbuhannya rata-rata atau bisnis yang
bagian pasarnya rata-rata.
c) Pada kenyataan hubungan antara pangsa pasar dan
kemampuan meraih keuntungan tidaklah
sama dalam satu sektor industri dengan segmen pasar tertentu.
d) Matrik BCG tidak terlalu membantu dalam
membandingkan peluang investasi relatif di antara unit-unit usaha dalam
portofolio korporasi.
e) Dalam melakukan evaluasi yang sifatnya strategik,
serangkaian kegiatan bisnis perlu diteliti tidak hanya dalam konteks pangsa
pasar dan pertumbuhannya.
f) Matrik BCG tidak menggambarkan seluruh opsi yang
terbuka bagi manajemen untuk melakukan analisis
lebih mendalam berbagai alternatif yang mungkin cocok untuk
dipertimbangkan dalam rangka menciptakan portofolio korporasi yang efektif.
6. MATRIKS DAYA TARIK INDUSTRI
General electric merupakan perusahaan yang pertama kali
mengembangkan dan menerapkan pendekatan portofolio bisnis dalam perencanaan
strategik. Pendekatan portofolio ini merupakan cara untuk mengevaluasi
alternatif strategi yang dapat dipilih dan ditetapkan pada setiap perusahaan
yang terdiversifikasi dalam berbagai bisnis/SBU. Ada dua dimensi yang digunakan
untuk mengevaluasi SBU yang kekuatan-kekuatan bisnis atau posisi persaingan,
dan daya tarik industri atau pasar. Tabel 8.1 memberikan gambaran tentang
dimensi kekuatan bisnis dan daya tarik industri.
Setiap satu organisasi
bisnis atau SBU diplot atau digambar dalam matrik pada dua dimensi, yaitu daya
tarik industri/pasar dan kekuatan bisnis atau posisi persaingan perusahaan.Setiap
diensi tersebut merupakan susunan ukuran dari berbagai faktor. Dua dimensi
utama tersebut juga memberikan pandangan yang baik untuk formulasi strategi,
sebab salah satu yang mempengaruhi keberhasilan suatu bisnis adalah daya tarik
industri, serta mempunyai kekuatan-kekuatan bisnis tertentu yang diperlukan
untuk berhasil dalam usahanya. Dalam mengunakan
matrik GE suatu perusahan harus menentukan faktor-faktor yang sangat
penting dan bermanfaat untuk diidentifikasi daya tarik industri dan kekuatan
bisnis.
Dalam menggunakan matrik
GE maka faktor daya tarik industri dan kekuatan bisnis perlu diberi bobot atau
para meter pada setiap variabel berdasarkan persepsi kepentingan relative dari
faktor-faktor lainnya. Cara mengukur daya tarik industri, adalah: a). tentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik industri, b). Proporsi jumlah
keseluruhan bobot harus sama dengan 1,00 (satu). C). masing-masing faktor
diberikan skala rating antara angka 1 sampai 5. Berikutnya antara bobot dan
rating dikalikan untuk mendapatkan nilai skor untuk dimensi daya tarik
industri/pasar dan kekuatan bisnis.
7.
ANALISIS SWOT
Dalam proses manajamen
strategik, suatu tahap yang ditempuh pimpinan perusahaan sebelum memilih dan
menetukan strategi yang digunakan, maka terlebih dahulu melakukan analisis
tentang kekuatan (strength) dan
kelemahan (weaknes) internal perusahaan, serta peluang (opportunity) dan
ancaman (threat) lingkungan eksternal perusahaan. Analisis SWOT, yaitu
singkatan dari Strengths, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats dalam
lingkungan yang dihadapi perusahaan.
Rangkuti (1997 : 18) mendefinisikan "analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan". Analisis SWOT ini didasarkan pada logika bahwa "suatu
strategi yang efektif yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman" (Pearce II dan
Robinson, 1997 : 229). Pada hakekatnya analisis SWOT adalah analisis mengenai
kedudukan perusahaan (organisasi) pada suatu saat, khususnya dikaitkan dengan
perumusan strategi jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pola pemikiran penting
dalam proses untuk memahami kondisi internal dan eksternal perusahaan adalah melakukan
analisis terhadap kekuatan dan kelemahan
perusahaan yang disusun secara sistimatis dalam SAP (Strategic Advantage
Profil); dan analisis peluang dan ancaman terhadap perusahaan yang disusun
dalam ETOP Environmental Threat and Opportunity Profil). ETOP dan SAP merupakan
landasan pengertian mengenai pemikiran pencocokan kekuatan dan kelemahan
internal perusahaan dengan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan. Analisis integral ETOP dan SAP ini oleh
Pearce II dan Robinson (1997 : 229) menyebutnya dengan istilah analisis SWOT. Jadi analisis SWOT merupakan
cara sistematik untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam ETOP (strengths, dan
weaknesses) dan SAP (opportunities dan threats) dengan strategi yang paling
baik di antaranya.
"Analisis SWOT dapat
digunakan dengan berbagai cara untuk membantu analisis strategi. Cara yang paling lazim adalah memanfaatkannya
sebagai kerangka acuan logis yang memedomani pembahasan sistematik tentang
situasi perusahaan dan alternatif-alternatif pokok yang mungkin dipertimbangkan
perusahaan" (Pearce II dan
Robinson, 1997 : 231).
Salah satu cara yang lazim
dalam analisis SWOT adalah SAP dan ETOP. Informasi dari hasil analisis ETOP dan
SAP sebagai dasar bagi perusahaan dapat menggeneralisasikan beberapa alternatif
strategi yang menurutnya sesuai dan beralasan, kemudian melakukan perbandingan
untung-ruginya, kekuatan dan kelemahannya, sehingga memungkinkan dapat dipilih
alternatif strategi yang terbaik.
Dimensi internal dan eksternal mengggambarkan apakah alternatif strategi hanya untuk lini produk atau jasa yang sedang berjalan, dan hal-hal yang ada dalam perusahaan tanpa melibatkan pihak-pihak lain (internal, atau melibatkan pihak-pihak lain (eksternal). Dimensi berkaitan dan tidak berkaitan, berhubungan apakah strategi yang akan dipilih masih berkaitan dengan bisnis yang ada sekarang atau tidak. Dimensi horizontal hampir mirip dengan dimensi berkaitan, namun biasanya berlaku untuk penambahan produk atau pasar yang melengkapi bisnis yang ada, seperti dengan cara merger. Jika perluasan atau penciutan dalam hal fungsi maka masuk kategori vertikal. Sedangkan dimensi aktif-pasif, berhubungan dengan sikap manajemen dan waktu yang menyangkut pelaksanaan alternatif strategi perusahaan. Tergantung perencana strategi, ter-dapat preferensi aktif dan pasif. Aktif, dalam arti perencana strategi bertindak sebelum mereka dipaksa bereaksi terhadap peluang atau ancaman lingkungan. Pasif, jika perencana strategi bereaksi terhadap tekanan lingkungan hanya kalau terpaksa berbuat demikian.
Dimensi internal dan eksternal mengggambarkan apakah alternatif strategi hanya untuk lini produk atau jasa yang sedang berjalan, dan hal-hal yang ada dalam perusahaan tanpa melibatkan pihak-pihak lain (internal, atau melibatkan pihak-pihak lain (eksternal). Dimensi berkaitan dan tidak berkaitan, berhubungan apakah strategi yang akan dipilih masih berkaitan dengan bisnis yang ada sekarang atau tidak. Dimensi horizontal hampir mirip dengan dimensi berkaitan, namun biasanya berlaku untuk penambahan produk atau pasar yang melengkapi bisnis yang ada, seperti dengan cara merger. Jika perluasan atau penciutan dalam hal fungsi maka masuk kategori vertikal. Sedangkan dimensi aktif-pasif, berhubungan dengan sikap manajemen dan waktu yang menyangkut pelaksanaan alternatif strategi perusahaan. Tergantung perencana strategi, ter-dapat preferensi aktif dan pasif. Aktif, dalam arti perencana strategi bertindak sebelum mereka dipaksa bereaksi terhadap peluang atau ancaman lingkungan. Pasif, jika perencana strategi bereaksi terhadap tekanan lingkungan hanya kalau terpaksa berbuat demikian.
Pimpinan perusahaan
dalam mempertimbangkan strategi alternatif, harus memperhatikan ada tidaknya
terdapat hubungan antara strategi yang akan dipilih dengan kinerja perusahaan.
Strategi ekspansi, stabilitas, dan penciutan dapat diterapkan pada produk,
pasar, atau fungsi, juga kombinasi antara ketiganya. Setiap alternatif strategi juga dapat
diterapkan dalam berbagai dimensi : eksternal-internal, aktif-pasif,
berkaitan-tidak berkaitan, dan vertikal-horizontal.
8. FAKTOR-FAKTOR DALAM PEMILIHAN
STRATEGI
Dalam tahap
pemilihan strategi ketika pimpinan mencari alternatif strategi yang paling
cocok dengan situasi keseluruhan perusahaan, sangat dipengaruhi berbagai
faktor. Christiananta dkk. (1988 : 6.17) menyebutkan bahwa “pemilihan strategi
dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu : (1) persepsi manajer tentang
ketergantungan kepada pihak luar, (2) sikap manajer terhadap resiko, (3)
pandangan manajer pada strategi perusahaan di waktu yang lampau, dan (4)
hubungan manajer dengan kekuatan-kekuatan dalam organisasi.
Manajemen puncak perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi. Berbagai
faktor yang dimaksudkan antara lain:
a). Kesadaran manajemen
tentang strategi perusahaan di masa lalu.
Pemilihan strategi masa sekarang sangat dipengaruhi strategi masa lalu,
artinya strategi yang diterapkan pada masa lalu jika handal maka perlu ditinjau
ulang secara berkala.
b). Persepsi manajerial
tentang ketergantungan eksternal. Eksistensi suatu perusahaan tidak terlepas
dari pengaruh faktor-faktor diluar perusahaan; artinya ada ketergantungan
perusahaan pada lingkungan eksternalnya. Semakin besar ketergantungan
perusahaan terhadap lingkungan eksternalnya maka semakin kurang fleksibel
pemilhan strategi oleh perusahaan. Misalnya makin besar tergantungnya
perusahaan pada pemegang saham, maka pilihan strateginya akan semakin kurang
fleksibel. Hal ini disebabkan semakin sempit ruang gerak manajemen dalam
mengambil keputusan dan menjatuhkan pilihan pada strategi mana yang akan
digunakan mada masa depan.
c). Sikap manajemen
terhadap resiko. Pemilihan strategi juga dipengaruhi oleh sejauh mana resiko
dapat ditolerir oleh manajemen, pemegang saham dan perusahaan. Sikap para
manajer terhadap resiko dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang enggan
menghadapi resiko, dan yang berani menghadapi resiko. Manajer yang berani menghadapi resiko
biasanya lebih menyukai pilihan strategi yang bersifat ofensif dan bahkan
opportunistik. Sebaliknya, manajer yang enggan menghadapi resiko biasanya
melihat perusahaan berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan (lemah),
sehingga mereka lebih suka menggunakan strategi defensif dengan resiko kecil.
d). Waktu pemilihan
(timing). Pemilihan strategi juga dipengaruhi oleh deadline yang ditetapkan. Adanya
deadline menjadikan pemilhan strategi biasanya dietapkan oleh orang lain, dan
bukan oleh manajer. Semakin banyak waktu
yang tersedia maka akan semakin cukup informasi dan pertimbangan untuk membuat
keputusan strategik.
f). Reaksi pesaing.
Pemilihan strategi juga perlu dipertimbangkan dampak yang mungkin dari reaksi
pesaing atas keberhasilan strategi yang dipilih. Pesaing tidak akan tinggal
diam manakala perusahaan menetapkan pilihan strategi baru. Misalnya, apabila
perusahaan memlih suatu strategi agresif yang langsung menantang kompetitor
utama, maka pesaing itu dapat diduga akan menerapkan strategi yang agresif juga
untuk mengimbanginya.
D. DAFTAR
PUSTAKA
Amirullah dan Cantika, Sri Budi, 2002, Manajemen
Stategik, Edisi pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, hal
107 –131.
Christiananta, Budiman, dkk.,
1988, Kebijaksanaan Perusahaan I,
Penerbit Karunia, Jakarta; hal 6.1 - 6.26.
Grant, Robert M., 1999, Analisis Strategi Kontemporer,
Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 308 - 429.
Jatmiko, RD,
2004, Manajemen Strategik, Catkan
Kedua, Penerbit UMM, Malang, hal 164 – 190.
Jauch,
Lawrence R., dan W. F. Glueck, 1995, Manajemen
Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Terjemahan, Edisi Ketiga, Cetakan
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta; hal
281 –324.
Umar, Husein, 2001, Strategik Management In Action, Edisi Pertama, PT Gramedia Indonesia, Jakarta;
hal 217 – 304.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar