BAB V
TIPOLOGI STRATEGI:
ALTERNATIF STRATEGI KORPORATE, DAN BISNIS
1.
KLASIFIKASI STRATEGI
Strategi perusahaan
dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis perusahaan, seperti strategi
perusahaan pada perusahaan konglomerasi yang memiliki beberapa SBU dan perusahaan
yang hanya memilki satu SBU yang biasanya perusahaan kecil. Selain itu, straegi perusahaan yang
diklasifikasi atas dasar tingkatan tugas. Strategi-strategi yang dimaksud
adalah strategi generik (generic strategy) yang akan dijabarkan
menjadi strategi utama/induk (grand strategy). Strategi induk ini
selanjutnya dijabarkan menjadi strategi di tingkat fungsional perusahaan, yang
sering disebut dengan strategi fungsional. Penjabaran
strategi generik sampai dengan strategi fungsional dapat dilihat pada gambar
5.1.
Strategi Generik
Strategi Utama/Induk
Strategi Fungsional
Gambar 5.1. Rincian
dari Strategi Generik Sampai Fungsional
Strategi generik
sesungguhnya diformulasikan dan dioperasional pada tingkat korporat, strategi
utama/induk diformulasikan dan diperasikan pada tingkat bisnis, sedangkan
strategi fungsional berada pada tingkat operasionalisasi fungsi-fungsi bisnis
seperti: produksi, pemasaran, keuangan dan akuntansi, sumberdaya manusia, serta
penelitian dan pengembangan.
Tingkatan dalam
manajemen strategik menunjukkan hirarkhi (jenjang) pengambilan keputusan dalam
suatu organisasi perusahaan. Tingkatan
dalam manajemen strategik atau hirarkhi
(jenjang) pengambilan keputusan dalam suatu
perusahaan biasanya terdiri dari tiga tingkatan sesuai dengan tingkatan
dalam struktur organisasi perusahaan, yaitu :
a. Strategi korporat (corporate strategy).
Dalam menyusun strategi korporat, akan didefinisikan industri dimana
perusahaan bersaing, dan juga dikembangkan suatu rencana jangka panjang.
Strategi ini berhubungan dengan pengalokasian dan pengelolaan sumber-sumber
daya untuk mencapai misi dan tujuan perusahaan dengan menyatukan unit-unit
bisnis yang berbeda menjadi suatu strategi organisasi yang menyeluruh. Pada puncak hirarkhi ini utamanya terdiri
dari dewan direksi dan eksekutif kepala, serta pejabat administrasi. Mereka
bertanggung jawab atas kinerja keuangan perusahaan dan pencapaian tujuan-tujuan
bukan keuangan seperti: memperkuat citra perusahaan, dan memenuhi tanggung jawab
sosial perusahaan. Sampai pada batas
tertentu, sikap di tingkat korporasi mencerminkan keinginan para pemegang saham
dan masyarakat umumnya. Dalam suatu perusahaan multibisnis, eksekutif tingkat
korporat menentukan bidang-bidang usaha (bisnis) yang digarap perusahaan.
b. Strategi bisnis (business
strategy), utamanya terdiri dari para manajer bisnis dan korporasi.
Strategi ini lebih menitikberatkan pada pembuatan keputusan-keputusan strategik
yang melibatkan posisi bersaing dari sebuah produk atau pangsa pasar tertentu
pada sebuah divisi. Para manajer tingkat
bisnis harus menerjemahkan rumusan arah dan keinginan yang dihasilkan di
tingkat korporasi ke dalam sasaran dan strategi yang kongkrit untuk
masing-masing divisi usaha, atau unit-unit strategik (strategik business unit -
SBU).
c. Strategi fungsional (fuctional strategy), terdiri dari unit-unit
pendukung utamanya seperti manajer produk, wilayah, dan fungsional. Mereka
menyusun sasaran tahunan dan strategi jangka pendek di bidang-bidang seperti
produksi, pemasaran, keuangan dan akunting, dan hubungan karyawan. Tetapi tanggung jawab utama mereka adalah
mengimplementasikan atau melaksanakan rencana strategik perusahaan. Jadi
manajer tingkat fungsional menangani masalah-masalah seperti efisiensi dan efektivitas
sistem produksi dan pemasaran, mutu layanan langganan, dan sukses produk
tertentu guna meningkatkan bagian pasar perusahaan.
2. KEPUTUSAN MANAJEMEN STRATEGIK
Jauch dan Glueck
mendefinisikan bahwa "keputusan strategik (strategic decision) merupakan
sarana untuk mencapai tujuan akhir.
Keputusan ini mencakup ruang lingkup bisnis, produk, dan pasar yang
harus dilayani, fungsi yang harus dilaksanakan, dan kebijaksnaan utama yang
diperlukan untuk mengatur pelaksanaan keputusan untuk mencapai sasaran.
Karakteristik
keputusan manajemen strategik bervariasi menurut tingkat aktivitas strategik
yang terlibat. Keputusan di tingkat korporasi cendrung lebih berorientasi
kepada nilai (value oriented), lebih konseptual, dan kurang kongkrit dengan
keputusan dibandingkat dengan keputusan di tingkat bisnis dan fungsional.
Keputusan-keputusan tingkat korporasi seringkali ditandai oleh potensi risiko,
biaya, dan laba yang lebih besar, kebutuhan akan fleksibelitas yang lebih
besar, dan cakupan waktu yang lebih lama. Keputusan-keputusan itu meliputi
pemilihan bidang usaha, kebijakan dividen, sumber pendanaan jangka panjang, dan
prioritas pertumbuhan.
Keputusan tingkat
bisnis membantu menjembatani keputusan tingkat korporat dan tingkat
fungsional. Keputusan demikian tidak
terlalu mahal, tidak terlalu riskan, dan secara potensial kurang mampulaba
(profitable) dibandingkan dengan keputusan tingkat korporat; tetapi keputusan
ini lebih mahal, riskan, dan secara potensial lebih mampulaba ketimbang
keputusan tingkat fungsional. Keputusan tingkat bisnis yang umum meliputi
keputusan tentang lokasi pabrik, segmentasi pemasaran, dan cakupan
geografisnya, serta saluran distribusi. Keputusan tingkat fungsional
mengimplemen-tasikan strategi keseluruhan yang dirumuskan di tingkat korporasi
dan bisnis. Keputusan-keputusan ini menyangkut isu operasional yang
berorientasi kepada tindakan dan relatif jangka pendek serta berisiko rendah.
Keputusan tingkat fungsional hanya membutuhkan biaya moderat, karena mereka
hanya bergantung pada sumber daya yang tersedia.
3.
STRATEGI GENERIK
Istilah strategi
generik dikemukakan oleh Porter. Strategi generik adalah suatu pendekatan
strategi perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis.
Ada tiga macam model strategi generik, yaitu pertama model Wheelen dan Hunger,
kedua model Michael P. Porter, dan ketiga model Fred R. David.
a. Strategi Generik dari
Wheleen dan Hunger
Whelen dan Hunger menggunakan konsep
General Electric yang menyatakan bahwa pada prinsipnya strategi generik dibagi
atas tiga macam, yaitu:
a) Strategi stabilitas (stability
strategy). Pada pinsipnya, strategi ini
menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan
lain, karena perusahaan berusaha untuk meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam
rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini resikonya relatif
rendah dan biayanya dilakukan untuk produk yang tengah berada pada posisi
kedewasaan (mature).
b) Strategi ekspansi (expansion
strategy). Pada prinsipnya, strategi ini menekankan pada penambahan atau
perluasan produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan lain, sehingga aktivitas
perusahaan meningkat. Tetapi, selain keuntungan yang ingin diraih lebih besar,
strategi ini juga mengandung risiko kegagalan yang tidak kecil.
c) Staretgi penciutan
(retrenchment strategy). Pada prinsipnya, strategi ini dimaksud-kan untuk
melakukan pengurangan atas produk yang dihasilkan, atau pengurangan atas pasar
maupun fungsi-fungsi dalam perusahaan, khususnya yang mempunyai kas flow
negatif. Staretgi ini biasanya diterapkan pada bisnis yang berada pada tahap
menurun (decline). Penciutan ini dapat terjadi karena sumberdaya yang perlu
diciutkan itu lebih baik dikerahkan, misalnya untuk unit bisnis lain yang
sedang berkembang.
Jika
perlu, kombinasi dari ketiga strategi generik di atas dapat juga
diimplementasikan oleh perusahaan.
b. Strategi Generik dari Fred R. David
Menurut Fred R. David, pada
prinsipnya strategi generik dapat dikelompokkan atas empat, yaitu:
a) Strategi integrasi vertikal
(vertical integration strategy). Strategi ini menghendaki agar perusahaan
melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan/atau para
pesaingnya, misalnya melalui merger, akuisisi atau membuat perusahaan sendiri.
b) Strategi intensif (intensive
strategy). Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan
posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada.
c) Strategi diversivikasi
(diversivication strategy). Strategi ini dimaksudkan untuk menambah
produk-produk baru. Strategi ini makin kurang populer, paling tidak ditinjau
dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam mengendalikan aktivitas
perusahaan yang berbeda-beda.
d) Strategi bertahan (defensive
strategy). Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan
penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada
ujung-ujungnya adalah kebangkuruan.
4.
STRATEGI UTAMA/INDUK
Strategi-strategi
utama (grand strategy) merupakan strategi yang lebih operasional yang sebagai
tindak lanjut dari strategi generik.
Jabaran strategi generik menjadi strategi utama dari para ahli di atas,
sebagai berikut:
STRATEGI UTAMA DARI WHEELEN DAN HUNGER
Jabaran strategi
generik menurut Wheelen dan Hunger yang menggunakan konsep GE dijabarkan ke
strategi utama atau diturunkan ke tingkat keputusan strategi divisi/unit bisnis
dapat dilihat melalui tabel berikut:
Strategi generik
|
Strategi utama
|
Strategi pertumbuhan
|
a.
Strategi
pertumbuhan konsentrasi:
- Horisontal
- Vertikal
b.
Strategi
pertumbuhan diversifikasi:
- Terpusat
- Konglomerasi
|
Strategi stabilitas
|
a.
Strategi
istirahat (pause strategy) atau strategi terus dengan hati-hati (proced wint
caution strategy)
b.
Strategi
tanpa perubahan (no change strategy)
c.
Strategi
laba (profit strategy)
|
Strategi penciutan
|
a.
Strategi
perubahan haluan (turnaround strategy)
b.
Strategi
memikat perusahaan lain (captive company strategy)
c.
Strategi
jual (sell out/divestment strategy)
d.
Strategi
pelepasan (bankruptey strategy) atau strategi likuidasi (liquidation
strategy)
|
1). Strategi Pertumbuhan.
Strategi pertumbuhan
dibagi dua: jenis:
a). Strategi Pertumbuhan
Terkonsentrasi. Merupakan strategi dimana perusahan berkonsentrasi dan bertumbuh-kembang
pada semua atau hampir semua sumberdaya yang sejenis. Strategi ini memiliki dua
cara, yaitu:
(1). Horisontal. Dari sisi internal, hendaknya segmen pasar diperluas untuk
mengurangi potensi persaingan, sehingga skala ekonomis menjadi besar. Dari sisi
eksternal, perusahaan dapat melakukan akuisisi atau joint venture dengan
perusahaan lain pada industri yang sama.
(2). Vertikal. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara mengambil alih
fungsi yang sebelumnya disediakan oleh pemasok (backraound integration) atau
distributor (forward integration). Dengan kata lain, terdapat satu atau lebih
bisnis yang selama ini yang disediakan oleh perusahaan lain.
b). Strategi Pertumbuhan
Diversifikasi. Strategi ini menuntut perusahaan untuk
tumbuh dengan cara menambahkan produk
atau divisi yang berbeda dengan produk atau divisi yang telah ada. Strategi ini
terdiri dari beberapa cara, yaitu terpusat (konsentrasi) atau konglomerasi baik
secara internal yang dapat dilakukan
melalui perkembangan produk baru; maupun secara eksternal yang dapat dilakukan
dengan cara akuisisi. Sasaran dari pertumbuhan produk untuk menjaga pangsa
pasar, mengurangi persaingan, menekan biaya dan meningkatkan keuntungan.
2). Strategi Stabilitas.
Strategi generik
stabilitas adalah strategi yang palng sesuai bagi perusahaan berhasil pada
industri dengan daya tarik industri medium. Ada empat bentuk strateg utamanya,
yaitu:
a). Strategi istirahat (pause strategy) Strategi ini tepat dilakukan
sebagai strategi sementara agar perusahaan dapat mengkonsolidasikan sumberdaya
yang ada setelah menghadapi pertumbuhan cepat.
b). Strategi waspada atau terus dengan hati-hati (proced wint caution
strategy). Perusahaan tetap menjalankan usahanya dengan hati-hati karena adanya
faktor-faktor penting yang berubah pada lingkungan dari eksternal, seperti
peraturan dari pemerintah.
c). Strategi tanpa perubahan (no change strategy). Pada strategi ini
perusahan tidak perlu melakukan perubahan-perubahan berarti. Di sini perusahan
tetap melakukan usaha yang sedang dijalankan, dan hanya melakukan sedikit
penyesuaian, seperti karena terjadi inflasi.
d). Strategi laba (profit strategy). Strategi ini lebih mengutamakan
keuntungan saat ini walau memiliki risiko besar dengan mengorbankan pertumbuhan
masa depan. Hasilnya sering kali adalah kesuksesan dalam jangka pendek
sekaligus dengan stagnasi dalam jangka panjang.
3). Strategi Penciutan.
Strategi generik ini bertujuan untuk melakukan
penghematan atau penciutan bila suatu perusahaan mempunyai posisi persaingan
yang lemah dibandingkan dengan daya tarik industrinya. Sesungguhnya srategi ini
tidak banyak dipakai oleh perusahaan, karena seolah-olah perusahaan
memperlihatkan kegagalan dalam berusaha. Ada empat bentuk strategi utama
generik, yaitu:
a). Strategi turnaround. Strategi ini dianjurkan utuk digunakan pada saat
daya tarik industri sedang tinggi walaupun perusahaan sebenarnya mengalami
kesulitan pada tingkat belum kritis. Strategi ini menekankan pada upaya
perbaikan efisiensi operasional, yang pelaksanaannya terdiri dari dua tahap.
Pertama, adalah masalah kontraksi, yaitu upaya-upaya yang tujuannya mengurangi
biaya-biaya perushaan, misalnya berupa pengurangan karyawan dan pengeluaran
untuk hal-hal yang dianggap kurang
perlu. Kedua, adalah masalah konsolidasi, yaitu pengembangan
program-program untuk menstabilkan perusahaan yang sudah mengalami perampingan
tersebut.
b). Strategi captive company. Pada strategi ini, beberapa aktivitas dari
bagian tertentu yang kurang menarik perlu dikurangi, kemudian diusahakan agar
fungsi-fungsi lain menjadi lebih menarik. Dengan demikian, diharapkan ada calon
investor mau menginvestasikan modalnya di perusahaan ini.
c). Strategi sell out/divestment. Jika perusahaan tidak lagi mampu melakukan strategi captive
company, perusahaan terpaksa harus dijual dan investor segera meninggalkan
bisnis seperti ini, asalkan saham-saham perusahaan yang akan dijual tidak
jatuh, sehingga tidak merugikan para pemegang saham. Jika perusahaan memiliki
banyak bidang usaha, maka divisi yang merugikan sebaiknya ditutup karena bidang
usaha seperti ini tergolong divestasi (divestment).
d). Strategi bankrut. Strategy bankrut (pailit) dapat membantu perusahan
menghindar dari tanggung jawab atas utang-utang dan juga dapat menyatakan tidak
berlakunya kontrak-kontrak kerja yang telah disetujui. Sebelum kondisi palit
ini ditentukan, perusahaan dapat berusaha terlebih dahulu menghasilkan sebanyak-banyaknya
uang tunai dari penjualan aset-asetnya. Bagi perusahaan multi-bisnis hendaknya
divisi yang mengalami kesulitan dapat dialokasikan agar tidak berdampak pada
divisi-divisi lain.
e). Strategi liquidation. Jika perusahaan tidak memiliki prospek lagi maka
strategi likuidasi merupakan pilihan yang tepat sebelum perusahaan dinyatakan
bangkrut, karena harga saham likuidasi lebih baik dari pada harga saham pada
saat perusahaan yang sudah dinyatakan
bangkrut.
STRATEGI UTAMA DARI FRED R.
DAVID
Strategi generik menurut Fred R. David dapat dijabarkan
ke strategi utama atau diturunkan ke strategi tingkat divisi/unit bisnis
seperti tersaji pada tabel berikut:
Strategi Generik
|
Strategi Utama
|
Strategi integrasi vertikal
(vertical integration strategy)
|
·
Strategi
integrasi ke depan (forward integration strategy)
·
Strategi
integrasi ke belakang (backward integration strategy)
·
Strategi
integrasi horisontal (horizontal integration strategy)
|
Strategi intensif
(intensive strategy)
|
·
Strategi
penetrasi pasar (market penetration
strategy)
·
Strategi
pengembangan pasar (market development strategy)
·
Strategi
pengembangan produk (product development strategy)
|
Strategi diversifikasi
(diversification Strategy)
|
·
Strategi
diversifikasi konsentrik (consentric diversification strategy)
·
Strategi
diversifikasi konglomerasi (cong-lomerate diversification strategy)
·
Strategi
diversifikasi horisontal (horizontal diversification strategy)
|
Strategi bertahan (defensive strategy)
|
·
Strategi
usaha patungan (joint venture strategy)
·
Strategi
penciutan biaya (retrenchment strategy)
·
Strategi
penciutan usaha (divestiture strategy)
·
Strategi
likuidasi (liquidation strategy)
|
1). Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy)
Kelompok strategi
integrasi vertikal terdiri dari: strategi integrasi ke depan, strategi
integrasi ke belakang, dan strategi integrasi horisontal.
a). Strategi integrasi ke depan (forward integration strategy)
Strategi ini menghendaki agar perusahaan mempunyai kemampuan yang besar
terhadap pengendalian distributor atau pengecer mereka, bila perlu dengan
memilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak masalah
dengan pendistribusian produk perusahaan, sehinggga mengganggu stabilitas
produksi, pada hal perusahaan mampu untuk mengelolah pendistribusian dimaksud
dengan sumber daya yang dimiliki. Alasan lain, bisnis di sektor distribusi yang
dimaksud misalnya memiliki prospek yang baik untuk dimasuki.
b). Strategi integrasi ke belakang (backward integration strategy)
Pengusaha dibidang manufaktur dan para pengecer membutuhkan barang-barang
dari pemasok, misalnya bahan baku. Backward integration merupakan strategi
perusahaan agar pengawasan terhadap bahan baku lebih ditingkatkan, apalagi para
pemasok dinilai sudah tidak menguntungkan perusahaan, seperti keterlambatan
dalam pengadaan bahan, kualitas bahan yang menurun, biaya yang meningkat
sehingga tidak dapat diandalkan lagi. Tujuan strategi ini adalah untuk
mendapatkan kepemilikan dan/atau meningkatkan pengendalian bagi para pemasok. Hal
ini lebih mudah dilakukan jika jumlah pemasok sedikit sedangkan pesaing banyak,
pemasok selama ini berjalan lancar, harga produk stabil, dan pemasok memiliki
marjin keuntungan yang tinggi serta perusahaan mempunyai modal dan sumber daya
yang berkualitas.
c). Strategi integrasi horisontal (horizontal integration strategy)
Strategi ini dimaksudkan agar perusahaan
meningkatkan pengawasan terhadap pesaing perusahaan walau harus dengan memilikinya.
Salah satu kecendrungan yang paling signifikan dalam manajemen strategis dewasa
ini adalah dengan menggunakan strategi horisontal integration sebagai suatu
strategi pertumbuhan. Jadi, tujuan strategi ini adalah untuk mendapatkan
kepemilikan dan/atau meningkatkan pengendalian pesaing. Hal ini dilakukan jika
perusahaan memiliki posisi monopoli seizin pemerintah, bersaing diindustri yang
berkembang, skala ekonomis meningkat, serta modal dan sumber daya yang dimiliki
perusahaan mampu melakukan ekspansi.
2). Strategi Intensif (Intensive Strategy)
Kelompok strategi
integrasi vertikal terdiri dari: strategi penetrasi pasar (market
penetration strategy), strategi
pengembangan pasar (market development strategy), dan strategi pengembangan
produk (product development strategy).
a). Strategi penetrasi pasar ( market strategy)
Strategi ini berusaha untuk meningkatkan
market share suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih
besar. Strategi ini dapat diimplementasikan baik secara sendiri-sendiri atau
bersama dengan strategi lain untuk dapat menambah jumlah tenaga penjual, biaya
iklan, items untuk promosi penjualan, dan/atau usaha-usaha promosi lainnya.
Tujuan strategi ini adalah untuk meningkatkan pangsa pasar dengan usaha
pemasaran maksimal. Hal ini, dapat dilakukan jika pasar belum jenuh, pangsa
pasar pesaing menurun, korelasi yang positif antara biaya 4P pemasaran dan
sales serta kemampuan untuk bersaing yang meningkat.
b). Strategi pengembangan pasar (market development strategy)
Strategi ini dilakukan agar perusahaan dapat memperkenalkan produk-produk
atau jasa yang ada sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan
daerah baru. Tujuan strategi ini adalah untuk memperbesar pangsa pasar. Hal ini
dapat dilakukan jika perusahaan memiliki jaringan distribusi, terjadi kelebihan
kapasitas produksi, pendapatan laba yang
sesuai dengan harapan, serta adanya pasar atau pasar yang belum jenuh.
c). Strategi penetration
pengembangan produk (product
development strategy)
Strategi
ini dilakukan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara
meningkatkan atau memodifikasikan produk-produk atau jasa-jasa yang ada sekarang. Strategi ini biasanya
memerlukan penelitian yang luas dan tajam serta membutuhkan biaya yang cukup
besar. Tujuan strategi ini adalah untuk
memperbaiki dan/atau mengembangkan produk yang sudah ada. Hal ini dapat
dilakukan, jika produk sudah berada pada tahapan jenuh, pesaing menawarkan
produk sejenis yang lebih baik, dan/atau lebih murah, memiliki kemampuan untuk
mengembangkan produk, dan berada pada industri yang sedang tumbuh.
3). Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)
Kelompok strategi
diversifikasi terdiri dari: strategi diversifikasi konsentrik (consentric
diversification strategy), strategi diversifikasi konglomerasi (conglomerate
diversification strategy), dan strategi diversifikasi horisontal (horizontal
diversification strategy).
a). Strategi diversifikasi konsentrik (consentric diversification strategy)
Strategi ini dapat
dilakukan dengan cara menambah produk dan jasa yang baru tetapi masih saling berhubungan.
Tujuan strategi ini untuk membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang
sama. Hal ini dapat dilakukan jika bersaing pada industri yang pertumbuhannya
lambat atau deadline.
b). Strategi diversifikasi konglomerasi (conglomerate diversification
strategy)
Strategi ini dapat
dilakukan dengan cara menambah produk dan jasa yang yang tidak saling
berhubungan. Misal pembuat lemari es, menambah produk barunya dengan membuat
kartu kredit. Tujuan strategi ini adalah untuk menambah produk dan jasa yang
tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan jika
industri sektor produk perusahaan sekarang mengalami kejenuhan, ada peluang
untuk memiliki bisnis yang tidak berkaitan yang masih berkembang baik, serta
memiliki sumber daya untuk memasuki industri baru tersebut.
c). Strategi diversifikasi horisontal (horizontal diversification strategy)
Strategi
ini dilakukan dengan menambah produk dan jasa pelayanan yang baru, tetapi tidak
saling berhubungan untuk ditawarkan kepada konsumen yang ada sekarang. Besarnya
risiko kegagalan strategi ini tidak sebesar risiko kegagalan strategi
diversifikasi konglomerasi, karena perusahaan sudah terbiasa dengan konsumen
yang ada sekarang. Misalnya, pembelian Columbia
Pictures Entertaiment Company oleh Sony
Corporation senilai $ 3,4 milliar. Akuisisi ini merupakan investasi jepang
terbesar dalam industri hiburan USA. Jadi, tujuan strategi ini adalah menambah
produk baru yang tidak berhubungan dengan guna memuaskan pelanggan yang sama.
Hal ini, dapat dilakukan jika produk baru mendukung produk lama, persaingan
produk lama berjalan ketat dan dalam tahapan mature, distribusi produk baru
kepada pelanggan lancar, dan pada tingkat yang lebih dalam adalah bahwa musim
penjualan kedua produk relatif berbeda.
4). Strategi Bertahan (Defensive Strategy)
Kelompok strategi bertahan terdiri dari: strategi usaha patungan (joint
venture strategy), strategi penciutan biaya (retrenchment strategy), strategi
penciutan usaha (divestiture strategy), dan strategi likuidasi (liquidation
strategy.
a). Strategi usaha patungan (joint venture strategy)
Strategi ini dilakukan
dengan menggabungkan dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan temporer
atau konsorsium untuk tujuan kapitalisasi modal. Strategi ini dapat dipertimbankan
dalam hal perusahaan bertahan untuk tidak mau memikul beban-beban usahanya
sendirian. Seringkali, dua atau lebih perusahaan sponsor membentuk sebuah
organisasi yang terpisah dan telah membagi kepemilikan ekuitas pada entitas
yang baru ni. Implementasi strategi join venture ini dalam kenyataannya dapat
berjalan dengan baik. Tujuan strategi ini adalah untuk menggabungkan beberapa
perusahaan dalam bentuk perusahaan baru yang terpisah dari induknya. Hal ini
dapat dilakukan, jika mereka merasa tidak
mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain yang lebih besar atau bermaksud
dalam rangka mendapatkan kemudahan-kemudahan lain.
b). Strategi penciutan biaya (retrenchment strategy)
Strategi dapat dilakukan
melalui reduksi biaya dan aset perusahaan. Hal ini dilakukan karena, misalnya
telah terjadi penurunan penjualan dan laba perusahaan. Retrenchment yang
kadang-kadang disebut juga sebagai turnaround dirancang agar perusahaan mampu
bertahan pada pasar persaingannya. Implementasinya, selama proses retrechment,
para ahli strategi bekerja dengan sumber daya yang terbatas dan biasanya
menghadapi tekanan-tekanan dari para pemegang saham, pekerja, dan media massa.
Strategi retrechment juga bisa dilakukan dengan cara menjual aktiva seperti
tanah dan gedung dalam rangka mendapatkan uang tunai yang diperlukan, penutupan
marjinal business, penutupan pabrik yang sudah dianggap kuno, otomatisasi
proses, pengurangan jumlah karyawan, dan pembuatan sistem pengendalian biaya
yang ketat. Contoh aplikasinya, Perusahaan mobil Roll-Royce Company di London
mengurangi tenaga kerjanya dari 5.000 orang menjadi 4.000 orang pada tahun 1991
karena permintaan atas mobil-bobil mewah dari perusahaan itu menurun sebesar 50
%.
Pada beberapa kasus, strategi bankrutcy (kepailitan)
dapat menjadi suatu tipe strategi retrechment yang efektif. Kepailtan dapat membantu perusahaan
menghindari tanggungjawab atas utang-utangnya dan juga dapat menyatakan tidak
berlakunya kontrak-kontrak kerja. Contohnya, Koperasi Cendana Wangi Undana sudah tidak beroprasi sejak tahun
1997 tetapi sampai sekarang belum dinyatakan dibubar oleh melalui rapat anggota
maka utang-utangnya di bank Bukopin dan/atau sudah ditangani Bank Danamon terus
meningkat karena angsuran dan pokok dan bunga pinjaman terus menambah besarnya
pinjaman. Di Indonesia undang-undangkepailitan sudah diterbitkan tahun 1998.
Tujuan strategi strategi ini adalah untuk menghemat biaya agar sales ataupun
keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian aset perusahaan.
Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan sering mendapat kegagalan dalam
berusaha pada hal sumber daya cukup tersedia, kurang efisien dalam berusaha,
atau diperlukan reorganisasi internal karena dianggap perusahaan terlalu cepat
tumbuh.
c). Strategi penciutan usaha (divestiture strategy)
Menjual
satu divisi atau bagian dari perusahaan disebut divesture. Strategi divesture
digunakan dalam rangka penambahan modal dari suatu rencana investasi atau
menindaklanjuti strategi akuisisi yang telah diputuskan untuk proses
senajutnya. Divesture dapat berupa bagian dari strategi retrechment untuk
mengganti aktivitas perusahaan yang sudah tidak menguntungkan dengan aktivitas
perusahaan lainnya. Contohnya pada akhir tahun 1991 Chase Manhattan keluar dari
dua perusahaan leasing, yaitu neral electric dengan kompensasi sebesar $ 1,1
miliar, dan dari Ford Motor senilai $ 900 juta. Chase perlu dana untuk
meningkatkan balance dan equity capital ratio-nya. Implentasi strategi ini
adalah misalnya jika suatu unit bisnis sudah tidak dapat dipertahankan
keberadaanya karena terus merugi dan berdampak pada kinerja perusahaan secara
keseluruhan.
d). Strategi likuidasi (liquidation strategy)
Strategi
ini dilakukan dengan cara menjual seluruh aset perusahaan. Strategi merupakan
suatu pengakuan dari kegagalan. Bagaimanapun menghentikan operasi perusahaan
lebih baik dari pada meneruskan akan tetapi nanti rugi besar. Contohnya,
Malcolm P. Mclear, pelopor kapal laut pengangkutan kontainer yang melikuidasi
Mclean industries, perusahaan yang sudah berusia 115 tahun. Strategi ini
bertujuan untuk menutup perusahaan. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan
sudah tidak dapat dipertahankan keberadaannya. Dengan menjual harta perusahaan,
maka pemegang saham akan dapat memperkecil kerugiannya.
5. DAFTAR PUSTAKA
Christiananta, Budiman, dkk.,
1988, Kebijaksanaan Perusahaan I, Penerbit Karunia, Jakarta; hal 5.1
- 5.19.
David, Fred R., 2002, Manajemen Strategis – Konsep,
Terjemahan, PT Prenhalindo, Jakarta, hal 46-67.
Dirgantoro, Crown, 2001, Manajemen
Strategik, Konsep, Kasus, dan Implementasi, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta; hal 84-89.
Hariadi, Bambang, 2003, Strategi
Manajemen – Strategi Memenagkan Perang Bisnis, Pusat Pengembangan Akuntansi Unibraw, Malang; hal 147-175.
Jauch, Lawrence R., dan W. F.
Glueck, 1995, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Terjemahan,
Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta; hal 211-275.
Pearce II, John A., dan R. B. Robinson, 1997, Manajemen Strategik -
Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Terjemahan, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta; hal 331-368.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar