BAB II
KONSEP DASAR KEBIJAKAN BISNIS
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti
kuliah dan menyelesaikan tugas-tugas terstruktur tentang "Konsep Dasar
Kebijakan Bisnis", maka mahasiswa akan dapat:
1. Mampu menjelaskan pengertian
kebijakan bisnis.
2. Mampu memahami manfaat
kebijakan Bisnis
3. Memahami penyusunan kebijakan
terutama dalam perusahaan.
4. Merumuskan jenis-jenis dan sifat
kebijakan.
5. Membedakan ruang lingkup studi antara kebijakan bisnis dan manajemen
strategik.
B. PENDAHULUAN
Dari segi ruang
lingkup perusahaan, kebijakan merupakan arah atau petunjuk atau pedoman dalam
pemikiran, keputusan, dan tindakan manajerial dan bawahannya dalam
mengimplemen-tasikan strategi perusahaan.
Karena itu, kebijakan perusahaan (bisnis) merupakan petunjuk-petunjuk
untuk bertindak dalam bisnis. Pimpinan perusahaan sangat berkepentingan
terhadap penyusunan kebijakan perusahaan, karena kebijakan memiliki manfaat
yang penting untuk mengendalikan dan memperkuat implementasi strategi
perusahaan.
Manajer menyusun
kebijakan untuk menjadi pedoman dalam bertindak, sehingga akan membuat strategi
berjalan. Kebijakan sebagai pedoman itu sering mengacu pada "prosedur
standar operasi (standard operating procedures - SOP)". Kebijakan meningkatkan efektivitas manajerial
dengan menstandarisasikan banyak keputusan rutin dan mengendalikan ruang gerak
manajer dan bawahan mereka dalam mengimplementasikan strategi-strategi baik
strategi corporate, strategi bisnis maupun strategi fungsional. Oleh karena itu
secara logis, kebijakan dapat diturunkan dari strategi fungsional, dari
strategi bisnis atau korporasi.
Kebijakan dapat bersifat
tertulis dan formal atau atau kebijakan dapat bersifat tidak-tertulis dan
informal. Kebijakan tertulis dan formal merupakan prosedur standar operasi
(standard operating procedures, disingkat SOP), hal ini merupakan keunggulan
dari kebijakan formal, di mana para manajer dan bawahannya selalu konsisten dalam bertindak. Dari segi
implementasi strategi dan struktur perusahaan, maka kebijakan juga dapat
digolongkan menjadi kebijakan pemasaran, kebijakan produksi dan operasi,
kebijakan penelitian dan pengembangan, kebijakan logistik, kebijakan
personalia, serta kebijakan keuangan dan akuntansi.
C. POKOK-POKOK MATERI
1. PENGERTIAN KEBIJAKAN BISNIS
Istilah kebijakan
mempunyai banyak definisi dalam literatur manajemen. Beberapa pengarang dan praktisi menyamakan
kebijakan dengan strategi. Ada juga
pengarang yang dan praktisi membedakan kebijakan berdasarkan 'jenjang' yang
terkait dengan tujuan. Pada dasarnya
mata kuliah kebijakan bisnis mencakup hal-hal yang sekarang disebut
"manajemen strategik". Istilah
manajemen strategik sendiri dipakai untuk menjelaskan proses suatu keputusan
manajerial.
Jack dan Glueck
menggunakan istilah kebijakan berdampingan dengan perencanaan adalah pedoman
atau penuntun untuk bertindak. Kebijakan menunjukkan
bagaimana sumber harus dialokasikan dan bagaimana tugas yang diberikan dalam
organisasi harus dilaksanakan sehingga manajer tingkat fungsional dapat
melaksanakan strategi itu dengan sebaik-baiknya.
Dari sisi ruang
lingkup perusahaan, oleh Pearce II dan Robinson mengemukakan bahwa
"kebijakan adalah arah yang dirancang untuk memedomani pemikiran,
keputusan, dan tindakan manajerial dan bawahan mereka dalam mengimplementasikan
strategi perusahaan. Kebijakan
memberikan pedoman untuk menetapkan dan mengendalikan operasi berjalan dengan
cara yang konsisten dengan sasaran strategik perusahaan.
Menurut
Hariadi kebijakan merupakan petunjuk
umum bagi seluruh anggota organisasi dalam mengambil keputusan dan diperlukan
dalam pelaksanaan strategi.
Dengan kata lain,
kebijakan merupakan petunjuk garis besar yang berfungsi sebagai jembatan antara
strategi dengan implementasinya. Misalnya, perusahaan menjalankan strategi
biaya paling rendah dalam memproduksi suatu barang, namun kebijakannya harus
tetap memenuhi standar kualitas minimal yang ditetapkan perusahaan.
Berdasarkan
definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan merupakan arah atau
petunjuk atau pedoman dalam pemikiran, keputusan, dan tindakan manajerial dan
bawahannya dalam mengimplementasikan strategi perusahaan.
Menurut Budiman
Christiananta dkk, bahwa kebijaksanaan perusahaan (bisnis) adalah
petunjuk-petunjuk untuk bertindak dalam
bisnis. Kebijaksanaan perusahaan menunjukkan
bagaimana sumberdaya-sumberdaya yang ada di dalam perusahaan harus dialokasikan
dan bagaimana tugas-tugas yang diserahkan kepada bagian-bagian dalam perusahaan
dapat dilaksanakan dengan baik sehingga manajer pada tingkat fungsional dapat
menjalankan strategi sebagaimana mestinya.
Kebijakan korporasi
merupakan petunjuk bagi setiap divisi dan fungsi yang ada untuk mengikuti
strategi pusat. Kebijakan itu akan diinterpretasikan dan diiimplementasikan
melalui strategi dan tujuan masing-masing bagian.
2.
MANFAAT KEBIJAKAN
Kebijakan
mengkomunkasikan pedoman spesifik bagi keputusan. Pearce II dan Robinson
mengemukakan bahwa kebijakan dirancang untuk mengendalikan dan memperkuat
implementasi strategi-strategi fungsional, maka kebijakan dapat berguna dalam
beberapa hal, sebagai berikut:
a. Kebijakan menetapkan
pengendalian tidak langsung atas tindakan independen dengan secara jelas
menyatakan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan saat ini. Dengan membagi ruang
gerak (discretion), kebijakan sesungguhnya mengendalikan keputusan dan
penyelenggaraan kegiatan tanpa intervensi langsung oleh manajemen puncak.
b. Kebijakan mendorong cara
penanganan yang sama terhadap kegiatan yang sama. Hal ini memudahkan koordinasi
tugas-tugas pekerjaan dan membantu mengurangi friksi yang timbul akibat
favoritisme, diskriminasi, dan penanganan yang terpisah atas fungsi yang sama.
c. Kebijakan memastikan
pengambilan keputusan yang lebih cepat dengan menstandarisasi jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang pernah diajukan sebelumnya yang jika tidak demikian
akan terus ditanyakan kembali dan merepotkan manajemen.
d. Kebijakan melembagakan aspek-aspek
dari perilaku organisasi. Ini
meminimalkan praktik-praktik yang saling bertentangan dan menetapkan pola
tindakan yang konsisten dalam usaha membuat strategi berjalan.
e. Kebijakan mengurangi
ketidakpastian dalam pengambilan keputusan rutin, atau hari demi
hari; dengan demikian memberikan landasan yang diperlukan untuk pelaksanaan
tindakan yang efisien dan terkoordinasi.
f. Kebijakan mengatasi penolakan atas strategi yang sudah dipilih oleh anggota organisasi.
g. Kebijakan memberikan jawaban di
muka atas masalah-masalah rutin. Ini sangat memudah penanganan masalah-masalah
biasa maupun luar biasa; untuk masalah
biasa dengan mengacu pada jawaban tersebut; untuk masalah luar biasa dengan
memberikan waktu lebih banyak kepada manajer untuk menanganinya.
h. Kebijakan memungkinkan
manajer memiliki mekanisme untuk menghindari keputusan yang
tergesa-gesa dalam operasi. Kebijakan yang berlaku selalu dapat digunakan untuk
mencegah pengambilan keputusan yang emosional, tergesa-gesa, atau bersifat
sementara untuk menyangkut perubahan prosedur dan pelaksanaan tindakan.
Sedangkan Jauck dan
Glueck mengemukakan bahwa rencana dan kebijakan disusun untuk memastikan bahwa:
a). keputusan strategik dilaksanakan;
b). terdapat suatu dasar untuk pengendalian;
c). jumlah waktu yang digunakan
eksekutif dalam mengambil keputusan bisa dihemat;
d). situasi yang sama ditangani dengan konsisten; dan
e). koordinasi antar unit terjadi kapan saja diperlukan.
3.
PENYUSUNAN KEBIJAKAN
Jauch dan
Glueck menjelaskan bahwa "pembuatan
rencana dan kebijakan akan mengarah pada suatu kondisi di mana para manajer dan
bawahannya akan mengetahui apa yang akan mereka lakukan dan ikhlas melaksanakan
keputusan". Manajer menciptakan
kebijakan yang menjadi pedoman untuk bertindak, dan ini akan membuat strategi
berjalan.
Pearce II dan
Robinson mengemukakan bahwa "kebijakan yang dijalankan sebagai pedoman
sering mengacu pada 'prosedur standar operasi (standard operating procedures -
SOP); kebijakan meningkatkan efektivitas manajerial dengan menstandarisasikan
banyak keputusan rutin dan mengendalikan ruang gerak manajer dan bawahan mereka
dalam mengimplementasikan strategi-strategi baik strategi corporate, strategi
bisnis maupun strategi fungsional. Unsur kritis dalam penyusunan kebijakan yakni
kesanggupan penganalisis utama yang terlibat dalam pengambilan kebijakan dalam
merinci strategi perdana (grand strategi)
kedalam beberapa kebijakan yang sesuai, dapat dijalankan (workable), dan
tidak sekedar "muluk secara
teoritis". Oleh karena itu
secara logis, kebijakan dapat diturunkan dari strategi fungsional, dari
strategi bisnis atau korporasi. Artinya
kebijakan memberikan sarana untuk melaksanakan keputusan strategik. Sebagai
contoh: misalkan pilihan strategi perusahaan (strategi tingkat bisnis) jatuh
pada "diversifikasi". Untuk menurunkan strategi diversifikasi ini
dalam kebijakan perusahaan, maka yang menjadi pertanyaan adalah apa yang
diversifikasi? Di mana diversifikasi dilakukan? berapa biaya untuk
diversifikasi, dari mana biaya itu didapat, dan perubahan apa saja yang
diperlukan dalam pemasaran, produksi, serta fungsi-fungsi lainnya agar
diversifikasi itu berjalan lancar?
Banyaknya kebijakan
yang disusun dalam suatu perusahaan secara formal tergantung pada besar dan
kompleksitas perusahaan. Jika perusahaan kecil atau sederhana, maka beberapa
kebijakan saja sudah cukup. Perusahaan
yang lebih besar dan kompleks dapat menyusun kebijakan mengenai setiap aspek
penting dalam perusahaan seperti: pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi
dan operasi, kepegawaian, riset dan pengembangan, dan sebagainya untuk
menciptakan keunggulannya.
Tanpa penyusunan
rencana dan kebijakan yang baik, para manajer akan mengambil keputusan yang
sama secara berulang. Selain itu, manajer yang berbeda mungkin memilih arah
yang berbeda pula, dan ini akan menimbulkan masalah. Sebaliknya kebijakan tidak boleh terlalu
kaku, agar setiap perkecualian yang mungkin ada dan
cukup beralasan dapat tertampung.
Jadi menurut Jauch
dan Glueck bahwa kriteria untuk menilai tepat atau tidaknya rencana dan
kebijakan yang disusun, antara lain:
a). Apakah rencana dan kebijakan
mencerminkan praktek dan perilakunya sekarang atau praktek dan
perilakunya yang dinginkan?
b). Kalau dilihat dari situasi yang
ada atau yang diharapkan, apakah rencana dan kebijakan itu praktis?
c). Apakah rencana dan
kebijakan terdapat bidang-bidang yang
kritis terhadap berhasilnya perusahaan?
d). Apakah rencana dan kebijakan
tersebut konsisten satu sama lain, dan apakah rencana dan kebijakan
mencerminkan waktu yang diperlukan untuk tercapainya tujuan?
Dalam kaitan
implementasi atau pelaksanaan strategi yang dirumuskan dalam suatu kebijakan
secara formal, maka kebijakan berjalan seiring dengan proses administrasi dalam
perusahaan. Jauck dan Glueck menjelaskan
bahwa kebijakan dan proses administrasi menunjukkan bagaimana tugas-tugas yang
diserahkan pada organisasi dapat dilaksanakan dan memberi dasar bagi para
manajer tingkat yang lebih rendah untuk mengambil keputusan tentang penggunaan
sumberdaya-sumberdaya yang telah dialokasikan dalam perusahaan. Jadi kebijakan juga sebagai alat
administratif penting untuk memperkuat implementasi atau pelaksanaan strategi
yang efektif.
4.
JENIS-JENIS DAN SIFAT KEBIJAKAN
Kebijakan pada
umumnya lebih dikenal dengan kebijakan negara/publik (public policy) dan
kebijakan perusahaan. Kebijakan negara
merupakan semua pilihan atau tindakan yang dilakukan oleh pemerintah (Thomas R.
Dye, 1978). Jadi kebijakan negara atau
publik itu bersumber dari pemerintah suatu negara; sedangkan kebijakan
perusahaan memiliki ruang lingkup lebih sempit yaitu dari dalam suatu
perusahaan.
Kebijakan dapat
bersifat tertulis dan formal atau kebijakan dapat bersifat tidak-tertulis dan
informal. Kebijakan bersifat tertulis
dan formal merupakan semua ketentuan yang sedang berlaku efektif dalam
organisasi yang telah ditetapkan bersama oleh anggota organisasi. Kebijakan
tertulis dan formal merupakan prosedur standar operasi
(standard operating procedures, disingkat SOP).
Kebijakan tak formal
dan tak tertulis biasanya bersangkutan dengan kebutuhan strategik untuk menjaga
kerahasian. Beberapa kebijakan macam
ini, seperti "promosi dari dalam", banyak diketahui (atau diharapkan)
oleh karyawan dan secara implisit disetujui ole manajemen. Manajer dan karyawan
seringkali menyukai keleluasaan yang "dijamin" oleh kebijakan tak
tertulis dan informal. Tetapi demikian dapat mengurangi keberhasilan jangka
panjang suatu strategi.
Kebijakan formal
dan tertulis setidaknya mempunyai tujuh keunggulan,
yakni:
a). Menuntut para manajer untuk
memikirkan secara seksama makna, kandungan dan maksud
kebijakan;
b). mengurangi salah pengertian;
c). lebih memungkinkan penanganan masalah secara konsisten dan adil;
d). menjamin penularan secara tidak
berubah-ubah;
e). mengkomunikasikan otoritas atau sanksi
secara lebih jelas;
f). memberikan acuan yang mudah dan otoritetatif; dan
g). secara sistimatik kebijakan tertulis
memperkuat pengendalian tak langsung dan koordinasi tujuan utama di seluruh organisasi.
Kebijakan dapat
dipaksakan dari luar atau diturunkan dari dalam. Kebijakan mengenai kesempatan
kerja yang sama seringkali dikembangkan sesuai dengan ketentuan dari luar
(seperti pemerintah); dan kebijakan mengenai sewa beli atau penyusutan mungkin
sangat dipengaruhi oleh ketentuan pajak yang berlaku.
Terlepas dari asal
muasalnya, formalitas dan sifat , hal penting yang harus diingat adalah bahwa
peran penting dalam implementasi
strategi. Kebijakan yang ada harus
dikaji secara berkala untuk memastikan bahwa arahan dan kendali kebijakan atas
kegiatan operasional organisasi tetap konsisten dengan bisnis yang ada dalam
strategi dan kebijakan fungsional.
Dilihat dari segi
implementasi strategi dan dalam hubungan dengan struktur organisasi perusahaan,
maka secara fungsional kebijakan dapat
digolongkan dalam struktur dan fungsi organisasi perusahaan, sebagai berikut:
a). Kebijakan pemasaran;
b). kebijakan produksi dan
operasi;
c). kebijakan penelitian dan
pengembangan;
d). kebijakan logistik;
e). kebijakan personalia; dan
f). kebijakan keuangan dan
akuntansi.
5. PERBEDAAN ANTARA KEBIJAKAN
PERUSAHAAN DAN MANAJEMEN STRATEGIK
Pada awal bab ini
telah dikemukakan bahwa pada dasarnya mata kuliah kebijakan bisnis mencakup
hal-hal yang sekarang disebut "manajemen strategik". Istilah manajemen strategik sendiri dipakai
untuk menjelaskan proses suatu keputusan manajerial. Sedangkan dari segi ruang lingkup perusahaan,
kebijakan merupakan arah atau petunjuk atau pedoman dalam pemikiran, keputusan,
dan tindakan manajerial dan bawahannya dalam mengimplementasikan strategi
perusahaan. Dalam membahas ruang lingkup
studi kebijakan perusahaan (bisnis) berorientasi integratif, lebih menekankan
pada pandangan perusahaan ke dalam, yaitu lebih menitik-beratkan pemanfaatan
asset perusahaan secara efisien, dengan menekankan pada penyusunan
petunjuk-petunjuk umum untuk mencapai misi dan tujuan perusahaan. Sedangkan
ruang lingkup studi manajemen strategik lebih menekankan pada analisis terhadap
peluang dan ancaman dalam hubungannya dengan keunggulan dan kelemahan internal
perusahaan. Jadi manajemen strategik
mencakup hal-hal yang terdapat dalam business policy, tetapi dengan penekanan
lebih besar pada lingkungan eksternal.
Adapun perbedaan
sisi pandang studi kebijakan bisnis dan studi manajemen strategik dapat dilihat
pada gambar 2.1, berikut:
Business Policy
|
Strategik
Management
|
Cirinya: Inward looking:
1.
Bekerja
dengan penekanan biaya ketat, terutama
biaya-biaya eksternal
2.
Biaya
total relatif lebih rendah dan
harga jual relatif
lebih rendah
3.
Perusahaan
menggunakan price competiton
4.
Harapan
perusahaan: produk terjual lebih
banyak, laba lebih banyak
5.
Kenyataan:
Harapan makin lama makin tak tercapai
|
Cirinya: Outward looking:
1. Bekerja dengan
pemasaran secara agresif dan biaya external tinggi.
2. Biaya total
relatif lebih tinggi, harga relatif jualnya relatif lebih tinggi
3.
Perusahaan menggunakan non-price competition
4. Harapan
perusahaan: produk terjual lebih
banyak., laba yang
representatif
5.
Kenyataan: produk terjual lebih banyak; laba lebih
banyak, dan perusahaan lebih berkembang.
|
Gambar 2.1. Perbedaan Studi
Antara Kebijakan Bisnis Dengan Manajemen strategik
D. DAFTAR PUSTAKA
Christiananta, Budiman, dkk.,
1988, Kebijaksanaan Perusahaan I,
Penerbit Karunia, Jakarta; hal 1.2 - 1.4.
Hariadi, Bambang, 2003, Strategi
Manajemen – Strategi Memenagkan Perang Bisnis, Pusat Pengembangan Akuntansi Unibraw, Malang; hal 11.
Jauch, Laurence R., dan W. F.
Glueck, 1995, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Terjemahan, Edisi
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta; hal 4 - 6, dan 357 - 360.
Pearce II, John A., dan R. B. Robinson, 1997, Manajemen Stra-tegik -
Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Terjemahan, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta; hal 410 - 414.
Supriyono, R. A., 1996,
Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis, Edisi Pertama, BPFE-UGM,
Yogyakarta; hal 253-256.
Umar, Husein, 2001, Strategik Management In Action, Edisi Pertama, PT Gramedia Indonesia, Jakarta;
hal 73 – 90.
Wahyudi, Agustinus Sri, 1996,
Manajemen Strategik - Pengantar Proses Berpikir Strategik, Cetakan Pertama,
Binarupa Aksara, Jakarta; hal 47 - 61.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar